Rabu, 02 Mei 2012

INSTRUMEN PENELITIAN

INSTRUMEN PENELITIAN

A.    Pengertian Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat kalau dinamakan membuat laporan daripada melakukan penelitian. Namun demikian dalam skala yang paling rendah laporan juga dapat dinyatakan sebagai bentuk penelitian (Emory, 1985). Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alaat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian.
Instrumen-instrumen yang digunakan dalam ilmu alam sudah banyak tersedia dan telah teruji validaitas dan realibilitasnya. Variabel-variabel dalam ilmu alam misalnya panas, maka instrumennya adalah calorimeter, variabel suhu maka instrumennya adalah thermometer, dan sebagainya. Instrumen-instrumen dalam penelitian sosial memang ada yang sudah tersedia dan teruji validitas dan realibilitasnya, seperti instrumen untuk mengukur motif prestasi, (n-ach) untuk mengukur sikap, mengukur IQ, megukur bakat dan lain-lain. Walaupun instrumen-instrumen tersebut sudah ada tetapi sulit untuk dicari, dimana harus dicari dan apakah bias dibeli atau tidak. Selain itu instrumen di bidang sosial walaupun telah teruji validitas dan realibilitasnya, tetapi bila digunakan untuk tempat tertentu belum tentu tepat dan mungkin tidak valid dan realibel lagi. Hal ini perlu dimaklumi karena gejala/fenomena sosial itu cepat berubah dan sulit dicari kesamaannya. Instrumen tentang kepemimpinan mungkin valid untuk kondisi Amerika, tetapi mungkin tidak valid untuk Indonesia. Untuk itu maka peneliti-peneliti dalam bidang sosial instrumen penelitian yang digunakan sering disusun sendiri termasuk menguji validitas dan realibilitasnya.
Jumlah instrumen penelitian tergantung pada jumlah variabel penelitian yang sudah ditetapkan untuk diteliti. Misalnya akan meneliti tentang “pengaruh kepemimpin dan iklim kerja lembaga terhadap produktivitas kerja pegawai”. Dalam hal ini ada tiga instrumen yang perlu dibuat yaitu:
1.    Instrumen untuk mengukur kepemimipinan
2.    Instrumen untuk mengukur iklim kerja
3.    Instrumen untuk mengukur produktivitas kerja pegawai

B.    Cara Menyusun Instrumen
Instrumen-instrumen penelitian dalam bidang sosial umumnya dan khususnya bidang administrasi yang sudah baku sulit ditemukan. Untuk itu maka peneliti harus mampu membuat instrumen yang akan digunakan untuk penelitian. Titik tolak dari penyusunan adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan instrumen, maka perlu digunakan ”matrik pengembangan instrumen” atau “kisi-kisi instrumen”.
Sebagai contoh misalnya variabel penelitiannya “tingkat kekayaan”. Indikator kekayaan misalnya: rumah, kendaraan, tempat belanja, pendidikan, jenis makanan yang sering dimakan, jenis olahraga yang dilakukan dan sebagainya. Untuk indicator rumah, bentuk pertanyaannya misalnya: 1)berapa jumlah rumah, 2) dimana letak rumah, 3) berapa luas masing-masing rumah, 4) bagaimana kualitas bangunan rumah dam sebagainya.
Untuk bisa menetapkan indikator-indikator dari setiap variabel  yang diteliti, maka perlu wawasan yang luas dan mendalam mengenai variabel yang diteliti dan teori-teori yang mendukungnya. Penggunaan teori untuk menyusun instrumen harus secermat mungkin agar diperoleh indikator yang valid. Caranya dapat dilakukan dengan membaca berbagai referensi (seperti buku, jurnal) membaca hasil-hasil penelitian sebelumnya yang sejenis, dan konsultasi pada orang yang dipandang ahli.
Chung/Megginson (1981) mengemukakan indikator variabel performance kerja yang meliputi:
1.    Quantity of work (kuantitas kerja)
2.    Quality of work (kualitas kerja)
3.    Job knowledge (pengetahuan kerja)
4.    Creativeness (kreativitas)
5.    Cooperation (kerja sama)
6.    Dependability (ketergantungan)
7.    Initiative (inisiatif)
8.    Personal qualities (kualitas pribadi)

KISI-KISI/MATRIK PENGEMBANGAN INSTRUMEN:
VARIABEL PEKERJAAN MANAJER

Variabel    Sub-variabel    Komponen dan Deskripsi
         Figur Kepala: aktivitas-aktivitas termasuk upacara, sosial, atau tugas-tugas legal (makan malam/siang, tanda-tangan  kontrak, dll)
     Peran Interpersonal    Pemimpin: memotivasi, penunjuk, pengembangan bawahan (kepegawaian, pelatihan dan bonus karyawan)
          Hubungan: menjaga kontak dengan orang-orang di luar rantai komando (pertemuan staf, makan siang dengan kawan sejawat, pelanggan, dan supplier) 
          Pengawasan: mencari dan mendapatkan informasi melalui media komunikasi lisan dan tulisan (meeting, memo, laporan, telepon)
     Peran Informasional    Disseminator: mentransmisikan informasi kepada pegawai (melalui meeting, memo, briefing, dan telepon) 
          Juru bicara: mentransmisikan informasi kepada orang di luar kelompok kerja (berbicara kepada kelompok, melaporkan kepada pihak luar, dan pengarahan kepada stakeholders) 
          Pengusaha: mencari kesempatan bisnis dan merencanakan kegiatan-kegiatan baru untuk mengembangkan prestasi (usaha baru, barang baru, dan perencanaan)
     Peran Kebijakan    Pengendali Gangguan: mengambil langkah koreksi pada tekanan atau masalah (demo buruh, kekurangan materi, dan resolusi konflik personal)
         Pengalokasian Sumber Daya: memutuskan unit organisasi mana, mendapatkan apa, dan berapa banyak (pembiayaan, keputusan pengeluaran modal, dan persetujuan personal)
          Negosiator: menegosiasikan dengan karyawan, pelanggan, supplier (negosiasi kontrak buruh dan gaji
     Kegiatan Administratif    Memproses kertas kerja, administrasi pembiayaan, dan pengendalian peraturan, dan regulasi
     Aktivitas Teknis     Memecahkan problem teknis, mengawasi teknis kerja, dan pekerjaan dengan alat dan peralatan
     Aktivitas Pengorganisasian    Pengoraganisasian ulang atau pengorganisasian aktivitas kelompok, persetujuan kembali tugas-tugas, dan menetapkan kewenangan, dan hubungan pertanggung-jawaban

C.    Validitas dan Realibilitas Instrumen
Dalam hal ini perlu dibedakan antara hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan instrumen yang valid dan reliabel. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Kalau dalam obyek berwarna merah, sedangkan data yang terkumpul memberikan data berwarna putih maka hasil penelitian tidak valid. Selanjutnya hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Kalau dalam obyek kemarin berwarna merah, maka sekarang dan besok tetap berwarna merah.
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat dugunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang dengan teliti, karena meteran memang alat untuk mengukur panjang. Meteran tersebut menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur berat. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Alat ukur panjang dari karet adalah contoh instrumen yang tidak reliabel/konstinten.
Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Jadi instrument yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Hal ini tidak berarti bahwa dengan menggunakan instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, otomatis hasil (data) penelitian menjadi valid dan reliabel. Hal ini masih akan dipengaruhi oleh kondisi obyek yang diteliti, dan kemampuan orang yang menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu, peneliti harus mampu mengendalikan obyek yang diteliti dan meningkatkan kemampuan dan menggunakan instrumen untuk mengukur variabel yang diteliti.
Instrumen yang reliabel belum tentu valid. Meteran yang putus dibagian ujungnya, bila digunakan berkali-kali akan menghasilkan data yang sama (reliabel) tetapi selalu tidak valid, khal ini disebabkan karena instrumen tersebut rusak. Penjual jamu berbicara dimana-mana kalau obatnya manjur (reliabel) tetapi selalu tidak valid, karena kenyataannya jamunya tidak manjur. Reliabilitas instrumen merupakan syarat utnuk pengujian validitas instrumen.
Pada dasarnya terdapat dua macam instrumen, yaitu instrumen yang berbentuk test untuk mengukur prestasi balajar dan instrumen nontest untuk mengukur sikap. Instrumen yang berupa test jawabannya adalah “salah atau benar”, sedangkan instrumen sikap jawabannya tidak ada yang “salah atau benar”, tetapi bersifat “positif dan negatif”.
Instrumen yang valid harus mempunyai validitas internal dan eksternal. Instrumen yang memiliki validitas internal atau rasional, bila kriteria yang ada dalam instrumen secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur. Jadi kriterianya ada di dalam instrumen itu. Instrumen yang memiliki validitas eksternal bila kriteria di dalam instrumen disusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang telah ada. Kalau validitas internal instrumn dikembangkan menurut teori yang relevan, maka validitas eksternal instrumen dikembangkan dari fakta empiris. Misalnya akan mengukur kinerja (performance) sekelompok pegawai, maka tolak ukur (kriteria) yang digunakan didasarkan pada tolak ukur yang telah ditetapkan di kepegawaian itu. Sedangkan validitas internal dikembangkan dari teori-teori mengenai kinerja. Untuk itu penyusunan instrumen yang baik harus memperhatikan teori dan fakta di lapangan.
Penelitian yang mempunayi validitas internal, bila data yang dihasilkan merupakan fungsi dari rancangan dan instrumen yang digunakan. Instrumen tentang kepemimpinan akan menghasilkan data kepemimpinan bukan motivasi. Penelitian yang mempunyai validitas eksternal bila, hasil penelitian dapat diterapkan pada sampel yang lain, atau hasil penelitian itu dapat digeneralisasikan.
Validitas internal instrument yang berupa test harus memenuhi construct validity (validitas konstruksi) dan content validity (validitas isi). Sedangkan untuk instrumen nontest yang digunakan untuk mengukur sikap cukup memenuhi validitas konstruksi. Sutrisno Hadi (1986) menyamakan construct validity sama dengan logical validity atau validity by definition. Instrumen yang mempunyai validitas konstruksi jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan yang didefinisikan. Misalnya akan mengukur efektivitas organisasi, maka perlu didefinisikan terlebih dulu apa itu efektivitas organisasi. Setelah itu disiapkan instrumen yang digunakan untuk mengukur efektivitas organisasi sesuai dengan definisi yang telah dirumuskan itu. Untuk melahirkan definisi, maka diperlukan teori-teori. Dalam hal ini Sutrisno Hadi menyatakan bahwa “bila bangunan teorinya sudah benar, maka hasil pengukuran dengan alat ukur (instrumen) yang berbasis pada teori itu sudah daipandang sebagai hasil yang valid.
Instrumen yang memiliki validitas isi (content validity) adalah instrumen yang berbentuk test yang sering digunakan untuk mengukur prestasi belajar (achievement) dan mengukur efektivitas pelaksanaan program dan tujuan. Untuk menyusun instrumen prestasi belajar yang mempunyai validitas isi, maka instrumen harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah diajarkan. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan program yang telah direncanakan. Selanjutnya instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat tercapainya tujuan (efektivitas) maka instrumen harus disusun berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar