Rabu, 02 Mei 2012

ekonomi pembangunan, aliran-aliran

MODUL 3 : TEORI-TEORI PEMBANGUNAN EKONOMI
    3.1. Aliran Klasik ;
    3.2. Aliran Karl Marx (Pertumbuhan dan kehancuran)
    3.3. Aliran Neo Klasik ;
    3.4. Teori Schumpeter
    3.5. Post-Keynesian
    3.6. Teori Perkembangan Ekonomi
    3.7. TEORI KETERGANTUNGAN

Pada garis besarnya teori-teori perkembangan/pembangunan ekonomi dapat digolongkan ; aliran klasik, Karl Marx, Schumpeter, Neo Klasik dan Post Keynesian. Aliran-aliran ini mencoba menemukan sebab-sebab pertumbuhan pendapatan nasional dan proses pertumbuhannya.

1.1.    Aliran Klasik ;
Aliran klasik muncul pada akhir abad ke 18 dan permukaan abad ke 19 yaitu dimasa revolusi industri dimana suasana waktu itu merupakan awal bagi adanya perkembangan ekonomi. Pada waktu itu sistem liberal sedang merajalela dan menurut aliran klasik, ekonomi liberal itu disebabkan oleh adanya kemajuan teknologi dan perkembangan jumlah penduduk. Mula-mula kemajuan teknologi lebih cepat dari pertambahan jumlah penduduk, tetapi akhirnya terjadi sebaliknya dan perekonomian akan mengalami kemacetan. Kemajuan teknologi mula-mula disebabkan oleh adanya akumulasi kapital atau dengan kata lain kemajuan teknologi tergantung pada pertumbuhan kapital. Kecepatan pertumbuhan kapital tergantung pada tinggi rendahnya tingkat keuntungan, sedangkan tingkat keuntungan ini akan menurun setelah berlakunya hukum tambahan hasil yang semakin berkurang (low of diminishing returns) karena sumber daya alam itu terbatas.
Aliran Adam Smith ; Menurut Adam Smith, bahwa untuk perkembangan ekonomi diperlukan adanya spesialisasi atau pembagian kerja agar produktivitas tenaga kerja bertambah. Pembagian kerja harus ada akumulasi kapital terlebih dahulu dan akumulasi kapital ini berasal dari dana tabungan, dan juga menitikberatkan pada Luas Pasar. Pasar harus seluas mungkin agar dapat menampung hasil produksi sehingga perdagangan internasional menarik perhatian karena hubungan perdagangan internasional itu menambah luasnya pasar, jadi pasar terdiri pasar luar negeri dan pasar dalam negeri. Sekali pertumbuhan itu mulai maka ia akan bersifat kumulatif artinya bila ada pasar yang dan ada akumulasi kapital, pembagian kerja akan terjadi dan akan menaikan tingkat produktivitas tenaga kerja.
Aliran David Ricardo ; Menurut David Ricardo di dalam masyarakat ekonomi ada tiga golongan masyarakat yaitu: a). Golongan Kapital, adalah golongan yang memimpin produksi dan memegang peranan yang penting karena mereka selalu mencari keuntungan dan menginvestasikan kembali pendapatannya dalam bentuk akumulasi kapital yang mengakibatkan naiknya pendapatan nasional. b). Golongan Buruh, tergantung pada golongan kapital dan merupakan golongan yang terbesar dalam masyarakat. c). Golongan Tuan Tanah. hanya memikirkan sewa saja dari golongan kapital atas areal tanah yang di sewakan. David Ricardo mengatakan bahwa bila jumlah penduduk bertambah terus dan akumulasi kapital terus menerus terjadi, maka tanah yang subur menjadi kurang jumlahnya atau semakin langka adanya.
Aliran Thomas Robert Maltus ; Menurut Thomas Robert Malthus kenaikan jumlah penduduk yang terus menerus merupakan unsur yang perlu untuk adanya tambahan permintaan, tetapi kenaikan jumlah penduduk saja tanpa dibarengi dengan kemajuan faktor-faktor atau unsur-unsur perkembangan yang lain sudah tentu tidak akan menaikan pendapatan dan tidak akan menaikan permintaan. Turunnya biaya produksi akan memperbesar keuntungan-keuntungan para kapitalis dan mendorong mereka untuk terus berproduksi. Menurut Thomas Robert Malthus untuk adanya perkembangan ekonomi diperlukan adanya kenaikan jumlah kapital untuk investasi yang terus menerus. Ekonomi  berkembang dengan hukum pasar, dimana apabila jumlah produksi bertambah maka secara otomatis permintaan akan ikut bertambah pula karena pada hakekatnya kebutuhan manusia tidak terbatas.

3.2. Aliran Karl Marx (Pertumbuhan dan kehancuran)
Karl Marx Mengemukakan teorinya berdasarkan atas sejarah perkembangan masyarakat dimana perkembangan itu melalui lima tahap.
1. Masyarakat Primitif ; Dalam tahap ini masyarakat menggunakan alat-alat untuk bekerja yang sifatnya masih sangat sederhana. Alat-alat ini bukan milik perseorangan tetapi milik komunal (milik bersama).
2. Masyarakat Perbudakan. Hubungan produksi antara orang-orang yang memiliki alat-alat produksi dengan orang-orang yang hanya bekerja untuk mereka merupakan dasar terbentuknya masyarakat perbudakan.
3. Masyarakat Feodal.  Masyarakat feodal ini merupakan masyarakat baru yaitu dimana kaum bangsawan memiliki alat-alat produksi yang paling utama yaitu Tanah, para petani kebanyakan terdiri dari bekas budak yang dibebaskan.
4. Masyarakat Kapitalis.  Kelas kapitalis memperkerjakan kelas buruh yang mau tidak mau menjual tenaganya karena tidak memiliki alat produksi seperti telah disinggung bahwa kelas kapitalis dan kelas buruh merupakan dua kelas dalam masyarakat yang kepentingannya saling bertentangan. Perkembangan Karl Marx, dapat dilihat pentingnya perubahan teknologi dan hubungan produksi dalam mempengaruhi kehidupan masyarakat bukan kesadaran manusia yang menentukan keadaan tetapi sebaliknya justru keadaanlah yang menentukan kesadaran manusia. Karl Marx mengemukakan atau mendasarkan pendapatnya atas adanya hukum gerak yaitu :
a.    Kosentrasi
b.    Akumulasi
c.    Kesengsaraan
d.    Krisis.
e.    Masyarakat
f.    Sosial

3.3.     Aliran Neo Klasik ;
Aliran Neo-Klasik mempelajari tingkat bunga, yaitu harga modal yang menghubungkan nilai pada saat ini dan saat yang akan datang. Pendapat Neo-Klasik mengenai perkembangan ekonomi dapat diikut sertakan sebagai berikut : a). Adanya akumulasi kapital dalam perkembangan ekonomi. b).Perkembangan itu merupakan proses yang gradual. c). Perkembangan merupakan proses yang harmonis dan kumulatif. d). Aliran Neo-Klasik merasa optimis terhadap perkembangan e). Adanya aspek internasional dalam perkembangan tersebut. Perkembangan ekonomi suatu negara pada umumnya mempunyai lima aspek tingkat perkembangan ekonomi yaitu ; Pertama ; Mula-mula negara itu meminjam modal. Ke dua ;Kemudian negara peminjam tersebut dapat menghasilkan dengan kapital pinjaman tadi, membayar dividend dan bunga atas pinjaman tersebut. Ke tiga ; Setelah penghasilan nasional negara itu meningkat maka sebagian dari penghasilan itu digunakan untuk melunasi utang dan sebagian lagi dipinjamkan ke negara lain yang membutuhkannya. Ke empat ; Negara tersebut sudah dapat menerima dividend dan bunga yang lebih besar dari pada yang dibayar, jadi ada surplus. Ke lima ; Akhirnya negara tersebut hanya menerima dividend dan bunga saja dari negara lain.
3.4. Teori Schumpeter :
Perkembangan ekonomi bukan merupakan proses yang harmonis ataupun gradual, tetapi merupakan perubahan yang spontan dan terputus-putus, yaitu merupakan gangguan-gangguan terhadap keseimbangan yang telah ada. Perubahan dalam selera konsumen memang ada tetapi perubahan itu bersifat gradual atau sedikit demi sedikit. Kombinasi-kombinasi baru ini dilaksanakan oleh wiraswasta (Enterpreneur), mereka ini adalah inovator yang melaksanakan kombinasi-kombinasi baru faktor produksi, yang diartikan dengan inovasi dapat berbentuk lima hal:
a) Mengemukakan atau mengenalkan barang-barang baru atau barang-barang berkualitas baru yang belum dikenal oleh konsumen. b). Mengenalkan suatu metode produksi yang baru. c). Pembukaan pasar baru bagi perusahaan d). Penemuan sumber sumber ekonomi baru e). Menjalankan organisasi baru dalam industri f). Runtuhnya Sistem Kapital; Joseph Schumpeter berpendapat bahwa dasar-dasar ekonomi dan sosial sistim kapitalis itu akan runtuh. Ia mendasarkan pendapatnya itu atas tiga hal:
pertama ; runtuhnya fungsi wiraswata. Ke dua ; Runtuhnya rangka kehidupan masyarakat kapitalis ke tiga ; Runtuhnya golongan-golongan politikus.

3.5. Post-Keynesian ;
Analisis Keynesian menggunakan anggapan berdasarkan atas keadaan waktu sekarang, dengan tidak memperhatikan keadaan jangka panjang. Dalam analisis ini persoalan yang penting adalah:
a. Syarat-syarat apakah yang diperlukan untuk mempertahankan pendapatan yang mantap (Steady Growth) pada tingkat kesempatan kerja penuh (Full Employment income) tanpa mengalami deflasi ataupun inflasi
b. Apakah pendapatan itu benar-benar bertambah pada tingkat sedemikian rupa sehingga dapat mencegah terjadinya inflasi terus menerus.

3.6. Teori Perkembangan Ekonomi
Karena persoalan-persoalan depresi ekonomi 1930-an telah teratasi, maka muncul fenomena ekonomi yang lain di Amerika Serikat. Ada pertanda bahwa tingkat pertumbuhan penduduk menurun, tabungan lebih besar dari investasi, muncullah hipotesis ekonomi dalam keadaan stagnasi. kekurangan produksi.
1. Robert M.Solow yang bertolak dari pemikiran ekonomi Neoklasik menyusun pula teori pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan teori produksi yang mengatasi kelemahan-kelemahan model Harrod-Domar. Di sini pun terdapat tiga variabel utama, tetapi unsur ketidakstabilan itu telah dihilangkan. Fungsi produksi dinyatakan dalam modal perkapita; pertambahan modal per kapita sama dengan jumlah tabungan per kapita dikurangi dengan jumlah pertumbuhan investasi per kapita.
Output terbagi dua, yakni untuk konsumsi dan untuk investasi. Dalam model ini ada tiga fungsi utama, yakni fungsi produksi, fungsi tabungan, dan fungsi investasi. Dengan demikian, tingkat keseimbangan antara ketiga fungsi itu stabil, kemungkinan terjadi perangkap-pertumbuhan, karena tingkat akumulasi modal yang kecil, bahkan tingkat pertumbuhannya dapat lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk.
2. Teori Pertumbuhan Baru
Robert Lucas dari Universitas Chicago mengemukakan fenomena internasional yang tidak sesuai dengan teori pertumbuhan neoklasik, misalnya adanya perbedaan antara negara dan juga migrasi penduduk antar negara. Jika memang teknologi di seluruh dunia tidak berbeda, skil manusia yang terwujud dalam human capital seharusnya tidak berpindah dari negara sedang berkembang , dimana human capital telah tersedia dalam jumlah banyak, seperti yang banyak terjadi sekarang ini. Para ekonom pertumbuhan yang baru, di sisi yang lain menekankan pentingnya perekonomian eksternal sebagai sumber akumulasi kapital.
3. Friedrich List
Pelopor Historismus: Eksponen Nasionalisme Ekonomi Bahwa Tahap Perkembangan Ekonomi yaitu dengan ‘cara produksi’ :
1. Tahap Primitip
2. Tahap Beternak
3. Tahap Pertanian
4. Industri Pengolahan (Manufacturing)
5. Pertanian, Industri Pengolahan & Perdagangan
4. Karl Bucher
Sintesa Pendapat List dan Bruno Perkembangan Ekonomi Ada 3 tahap :
1. Produksi untuk kebutuhan Sendiri (subsistence)
2. Perekonomian Kota dimana pertukaran sudah meluas
3. Perekonomian Nasional dimana peran pedagang menjadi semakin penting

3.7. TEORI KETERGANTUNGAN
    Teori ketergantungan (dependencia) pertama kali dikembangkan di Amerika Latin pada tahun 1960. menurut para pengikut teori ini keterbelakangan (under development) negara-negara Amerika Latin terjadi pada saat masyarakat prakapitalis tersebut “tergabung” (incorporated) ke dalam sistem ekonomi dunia kapitalis. Dengan demikian masyarakat tersebut kehilangan otonominya dan menjadi daerah “pinggiran” dan daerah-daerah metropolitan yang kapitalis. Daerah-daerah “pinggiran” ini dijadikan daerah-daerah jajahan, mereka hanya berfungsi sebagai produsen-produsen bahan mentah bagi kebutuhan industri negara-negara metropolitan itu, dan sebaliknya merupakan konsumen barang-barangjadi yang dihasilkan industri-industri di negara-negara metropolitan tersebut. Dengan demikian timbul struktur ketergantungan yang merupakan rintangan yang hampir tak dapat diatasi serta merintangi pula pembangunan yang mandiri. Dalam mashab “ketergantungan” ada 2 aliran yaitu aliran Marxis serta Neo Marxis dan aliran non-Marxis. Aliran pertama diwakili oleh Andre Gunder Frank dan lain-lain. Aliran ini menggunakan kerangka analisis dan teori Marx dan Neo-Marxis tentang imperalisme. Aliran ini tidak membedakan secara tajam antara struktir intern dan struktur ekstern, karena kedua struktur tersebut pada dasarnya dipandang sebagai faktor yang berasal dari sistem kapitalis dunia itu sendiri. Struktur intern masa kini dan daerah-daerah pinggiran tersebut memang sudah berabad-abad dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari luar sistim tersebut, sehingga seluruh struktur ini sudah terbuka bagi faktor ekstern. Dengan kata lain, struktur intern daerah pinggiran tersebut hanya menjadi bagian yang tergantung dan struktur kapitalis dunia. Selain itu, aliran Marxis dan Neo-Marxis ini mengambil perspektif perjuangan kelas internasional antara para pemilik modal (para kapitalis) di satu pihak dan kaum buruh (masa proletar) dilain pihak. Untuk memperbaiki nasib dan kedudukan mereka maka kaum proletar dunia perlu mengambil prakarsa dengan menumbangkan kekuasaan golongan kelas pemerintah yang hanya menjadi alat dan pusat metropolitan yang jahat. Oleh karena itu, menurut aliran ini resep pembangunan untuk daerah pinggiran adalah revolusi. Aliran kedua, yaitu aliran non-Marxis di pelopori oleh Celso Furtado, Helio Jaguaribe, Anibal Pinto, dan Osvaldo Sunkel. Aliran Non-Marxis ini terutama melihat masalah ketergantungan dan perspektif nasional atau regional yaitu kawasan Amerika Latin. Aliran ini dengan tegas membedakan antara keadaan dalam negeri dan luar negeri
    Dalam menghadapi tantangan pembangunan maka konsep negara atau bangsa ini perlu dijadikan landasan untuk mengadakan pembaharuan-pembaharuan yang diperlukan untuk menentukan sikap terhadap dunia ekstern. Meskipun mashab ketergantungan ini mula-mula dikembangkan di Amerika Latin, namun beberapa ekonom dan ilmuwan sosial yang  berasal dan kawasan-kawasan lain yang  keadaan ekonominya masih terbelakang telah berusaha pula untuk menerangkan keterbelakangan kawasan tersebut dengan menggunakan kerangka analisis teori ketergantungan. Dan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa menurut teori ini bahwa, tergabungnya secara paksa (forced incorporated) daerah-daerah pinggiran ke dalam sistem ekonomi kapitalisme dunia merupakan satu-satunya sebab dan keterbelakangan (under development) negara­negara sedang berkembang sekarang ini.
     Dengan demikian implikasi dan kesimpulan tersebut adalah bahwa tanpa kolonialisme dan integrasi ke dalam sistim ekonomi kapitalisme dunia, negara-negara sedang berkembang sekarang ini sudah berhasil mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan sangat, mungkin sudah dapat mengembangkan industri­industri manufactur mereka atas usaha dan kekuatan mereka sendiri. Pada umumnya  para  sejarawan  dan para  ekonom  maupun  ilmuwan  sosial yang menggunakan teori ketergantungan untuk menerangkan keterbelakangan negara-negara sedang berkembang serta menuding kolonialisme sebagai penyebab utama dan ketergantungan  tersebut, cenderung  untuk mengidealkan  masyarakat-masyarakat  pro­ kolonial. Sering efisiensi  administratif  negara-negara  pra kolonial terlampau dilebih­ lebihkan untuk menekankan kemungkinan yang sebenarnya terbuka bagi negara-negara tersebut untuk mengalami suatu transisi ke kapitalisme borjuis yang serupa yang telah terjadi di Eropa Barat. Namun hal ini tidak terjadi di masyarakat-masyarakat  kolonial karena penetrasi dan kolonialisme Barat. Selain itu, teori ketergantungan  pada umumnya juga  mengabaikan  faktor-faktor intern, seperti struktur sosial-budaya dan pola perilaku masyarakat-masyarakat pra kolonial itu. Dengan menyalahkan kolonialisme dan neo-kolonialisme Barat sebagai faktor utama yang bertanggungjawab atas keterbelakangan daerah-daerah pinggiran tersebut dan atas masalah-masalah  besar  yang merintangi  pembangunan  daerah-daerah  tersebut,  maka struktur social budaya masyarakat pra kolonial ini sebagai suatu faktor penyebab penting dan keterbelakangan mereka rupanya kurang diperhatikan oleh penganut teori ketergantungan.

manajemen publik

pengertian manajemen publik
Manajemen digunakan untuk menyebut aktivitas pengelolaan sumber daya untuk mewujudkan tujuan organisasi secara efisien dan efektif di ranah privat/bisnis. Administrasi digunakan  untuk menyebut aktivitas yang sama di ranah publik/birokrasi. Manajemen Publik  adalah  manajemen instansi pemerintah. Secara khusus manajemen publik menunjuk pada manajemen instansi pemerintah (Keban,2004).  Menurut Woodrow Wilson :
a)    Pemerintah sbg setting utama organisasi
b)    Fungsi eksekutif sbg fokus utama
c)    Prinsip manajemen sbg kunci pengembangan kompetensi administrasi
d)    Metode perbandingan sbg metode pengembangan bidang administrasi publik
Menurut Ott, Hyde, dan Shafritzs 1990, Manajemen publik memfokuskan pada administrasi publik sbg sebuah profesi dan memfokuskan pada manajer publik sbg praktisi dari profesi tsb.  Manajemen publik lebih mencurahkan perhatian pada operasi-operasi atau pelaksanaan internal organisasi pemerintah atau organisasi non-profit ketimbang pada hubungannya dan interaksinya dengan legislatif, peradilan,atau organisasi sektor publik lainnya . Sedangkan Graham and Hays , Public management are concerned with efficiency,accountability, goal achievement (efektivitas), and other managerial and technical questions. Overman (dalam Keban,2002004) menyebutkan Manajemen publik adalah suatu studi interdisipliner dari aspek-aspek umum organisasi , dan merupakan gabungan antara fungsi manajemen seperti planning, organizing,  dan controlling di satu sisi, dengan sumber daya manusia, keuangan, fisik, informasi  dan politik di sisi lain.
2)    Yang dipelajari dalam manajemen public
Menurut Ott, Hyde, dan Shafritz (1991), Manajemen publik memfokuskan pada alat-alat manajerial, tehnik-tehnik, ilmu pengetahuan, dan keahlian yang dapat digunakan untuk menerapkan ide-ide dalam kebijakan ke dalam program-program tindakan.
•    Contoh : perencanaan dan manajemen strategis, sistem klasifikasi jabatan, prosedur seleksi dan perekrutan pegawai, analisis dan formulasi anggaran, keahlian supervisi, evaluasi organisasi dan program, manajemen program/proyek, manajemen kinerja, dsb.
Secara spesifik menejemen publik memfokuskan pada bagaimana organisasi publik mengimplementasikan kebijakan publik. Perencanaan, pengorganisasian, dan pengontrolan merupakan perangkat utama yang dilakukan oleh manajer publik dalam rangka menyelenggarakan pelayanan pemerintah atau publik. Manajemen publik  lebih  mencurahkan perhatian pada operasi-operasi atau pelaksanaan internal organisasi pemerintah atau organisasi non-profit ketimbang pada hubungannya dan interaksinya pada legislatif, peradilan atau organisasi sektor publik lainnya.
3)    Perbedaan dasar antara manajemen publik dan manajemen privat/bisnis
Asumsi manajemen public adalah Administrasi organisasi pemerintah dan non-profit pada dasarnya sama dengan manajemen sektor swasta/bisnis (private and public management are similar). Karena itu, alat-alat manajerial bisnis yang terbukti dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dapat juga  diterapkan di organisasi publik/non-profit.
Manajemen Bisnis :
•    Istilah manajemen ( private sector)
•    Manager = bertanggungjawab thd pencapaian tujuan perusahaan dengan menggunakan sumberdaya seefisien mungkin.
Manajemen Publik :
•    Kegiatan sama di sektor publik disebut administrasi (Public Administration)
•    Mengimplementasikan kebijakan publik (efisiensi pengelolaan sumber daya menjadi pertimbangan sekunder (multi dimensi : sosial, politik,ekonomi, dsb) )
Perbedaan Manajemen Publik dan Privat/Bisnis
Steward & Ranson :
1.    Manajemen Strategis
Sektor privat :  Berkenaan dg kemampu- an kompetisi organisasi , memusatkan kekuatan dan kelemahan organisasi.  Dalam  menghadapi perubahan lingkungan , produk yang kompetitif à kinerja maksimal perusahaan.
Sektor publik : pertimbangan : penyediaan barang karena pasar gagal menyediakan, bukan sekedar pertimbangan kompetitif atau laba perusahaan .
2.    Pemasaran dan Pelanggan
Sektor privat : mengenalkan produk pada pelanggan atau meningkatkan jumlah penjualan produk.
Sektor publik : Hubungan organisasi publik dengan penggunanya tidak bisa  disamakan dengan hubungan  perush dengan customers yang semata-mata dilihat dari daya belinya. Barang publik tidak bersifat konsumtif  tapi sering merupakan kebutuhan hidup dasar (basic needs).
3.    Proses anggaran
Sektor privat : Berdasarkan prediksi banyaknya produk yang laku/profit. Pengeluaran dan pendapatan dpt dikalkulasi dan diprediksi.
Sektor publik : Bersifat politis. Anggaran diputuskan melalui mekanisme politik yang melibatkan banyak lembaga negara dan diatur berdasar
hukum. Prediksi pendapatan berdasarkan penerimaan pajak bkn penjualan Akuntabilitas publik .
4.    Tuntutan, tekanan dan protes masyarakat
Sektor privat : Pertanggungjawaban kepada pasar (konsumen) maupun pemegang saham/pemilik  perusahaan .
Sektor publik : berkewajiban akuntabel pada rakyat/pejabat politik/ wakil rakyat (akuntabilitas politik)
5.    Proses politik
Sektor privat : Kritik dari konsumen atau  pihak yang berkepentingan dengan produknya relatif  mudah ditangani.
Sektor publik : Tuntutan dan kritik bagian dari mekanisme demokrasi (politik) yaitu pengambilan keputusan/opini publik. Di sektor publik, semua suara berhak untuk  didengar dan menjadi  kewajiban organisasi publik  untuk meresponnya
6.    Proses Politik
Sektor privat : tidak ada proses politik atau “ongkos” dari “usaha mencari laba”
Sektor publik : proses politik merupakan karakteristik yang melekat pada manajemen publik. Perdebatan publik dan proses tawar -menawar politik antar lembaga publik maupun masyarakat untuk menemukan suatu kebijakan / program dipandang sebagai “ongkos demokrasi”.
Menurut Owen Hughes (1994: 274-276), perbedaan manajemen privat dan manajemen publik adalah :
1.    Keputusan sektor publik bersifat memaksa (coercive)
2.    Sektor publik mempunyai berbagai bentuk akuntabilitas
3.    Manajer sektor publik harus menyesuaikan dengan agenda pemimpin politik
4.    Output dan efisiensi produksi sektor publik sulit diukur
Ukuran dan kompleksitas sektor publik menyebabkan kesulitan dlm koordinasi dan pengawasan
Menurut  Farnham & Horton perbedaan manajemen privat dan manajemen publik adalah :
1.    Goals
Manajemen Bisnis : Market /profit oriented (ekspansi,dominasi pasar,reputasi bisnis,etc), dirumuskan oleh pemimpin/pemilik perusahaan
Manajemen Publik : Rumusan tujuan  sangat umum à kabur , Jarang ditinjau kembali/ dirubah, Kompleks, Saling bertentangan , Dirumuskan oleh lembaga politik utk tujuan kolektif atau politik
2.    Akuntabilitas
Manajemen Bisnis , Bertanggungjawab terhadap : Tindakan yg diambil, Penggunaan sumber daya , Penyediaan barang dan jasa. Kepada : Pemegang saham, Pekerja ,Supplier, Customers, Komunitas . Akuntabilitas legal :
-    Ke pemegang saham =  kebijakan perusahaan, pertjan keuangan, dll
-    Ke pegawai = terkait hak-hak pekerja
Akuntabilitas sosial-moral :  Ke komunitas = utk penggunaan tanah, kontrol lingkungan, suara bising,dll
 Manajemen Publik : Organisasi publik adalah lembaga negara = bagian dari badan kekuasaan sehingga wajib bertanggungjawab pada publik/rakyat yg dilayani.
Alasan :
-    Monopoly providers à publik tidak diberi pilihan
-    Coercive power à menuntut kepatuhan rakyat pada hukum/regulasi
-    Penyedia layanan publik à mempengaruhi kualitas hidup orang banyak
-    Memungut pajak utk membiayai aktivitas pemerintah

3.    Struktur
Manajemen Bisnis : Task culture, Task oriented, Flexible, Shorter / less hierarchy, More delegation, Wilingly to take decisionà maximize individual discretion, Wider spans of control .
Manajemen Publik : Role culture à birokratis :
-    Tanggung jawab dirumuskan dengan tepat
-    Delegasi wewenang dan diskresi dibatasi
Karakteristik manajemen birokrasi : Mekanistik, Long chain of command, Narrow span of control, hirarkis.
soal 2
4)    pengertian barang publik dan tipe barang publik
Barang publik adalah barang yang  untuk mengkonsumsinya orang tidak harus bersaing dan tidak mudah membuat pembatasan atau larangan bagi orang lain untuk ikut menggunakannya (no one can be excluded from using the good). Contohnya, udara, lingkungan yang bersih, jalan raya, kedamaian, keamanan, lapangan umum, dan sebagainya.  Lawan barang publik adalah barang privat yaitu barang yang penggunaannya harus bersaing dan ada pembatasan atau persyaratan untuk mengkonsumsinya, contohnya makanan, minuman, pakaian  dsb.
Inge Kaul (1999) membedakan barang publik menjadi dua yaitu barang publik murni dan tidak murni. Barang publik murni (pure public goods) mempunyai ciri penggunaannya tidak bersaingan (non-rivalry) dan tidak dapat diterapkan prinsip perkecualian (non-excludability). Barang publik murni adalah barang yang tersedia di alam bebas dalam jumlah banyak atau barang yang disediakan untuk kebutuhan bersama yang sulit untuk melarang orang lain ikut memanfaatkannya misalnya air, udara, jembatan, jalan raya, dsb. Barang publik yang tidak murni adalah barang yang tidak sepenuhnya publik maupun sepenuhnya privat atau barang yang hanya sebagian yang bersifat tidak bersaingan (non-rival) atau pun tidak ada perkecualian (non-excludable), contohnya makanan bergizi, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain.
Barangpublik yang tidak murni dibedakan menjadi common-pool resources dan club goodsatautool goods. Common-pool resources adalah barang yang untuk mendapatkannya orang harusbersaing (rivalrous) namun tidak mudah melakukan pembatasan bagi orang lain untuk mendapatkannya (non-excludable), misalnya ikan di laut, atau pasir digunung atau pantai. Barang yang  bersifat rivalrous tapi non excludable bila dikonsumsi tanpa kendali akan menimbulkan problem barang publik (tragedy of the commons)yaitu kerusakan lingkungan atau punahnya suatu barang publik.
Club-goods atau tool-goods adalah barang publik yang untuk mendapatkannya orang tidak harus bersaing (non-rivalrous) namun mudah untuk melakukan pembatasan bagi orang untuk mendapatkannya (excludable), misalnya pendidikan dan kesehatan. Pendidikan atau kesehatan merupakan barang publik yang tersedia bagi semua, meskipun demikian mudah untuk dilakukan pembatasan untuk mendapatkannya. Barang publik ini bisa disediakan sebagaimana barang privat namun pembiayaannya oleh negara melalui anggaran negara atau pajak.
Barang publik, terlebih barang publik murni karena karakteristiknya yang non-rival dannon-excludable, membuat pasar tidak bersedia menyediakan atau memproduksi barang publik. Ketidakmampuan menyediakan barang publik menjadi salah satu bentuk kegagalan pasar (market failure). Sehingga penyediaan barang dan kebutuhan publik menjadi tugas utama negara atau pemerintah.

5)    problem “free rider” dalam penyediaan barang publik
•    Konsumer  ikut menikmati atau memanfatkan barang publik tanpa perlu ikut andil dalam proses penciptaannya =  free rider problem”, atau "easy rider problem"
•    Karena sulit mengkalkulasi cost dan benefits dari barang publik yg diproduksi à tidak ada insentif untuk memproduksi barang publik secara sukarela
•    hardly anyone is willing to pay for the invention/goods  if they can benefit from it for free
•    Hicks (dalam Hughes,1994): Sektor publik menyediakan barang dan  pelayanan/jasa (services) yang cakupan dan jenisnya tidak ditentukan oleh keinginan langsung konsumer, tapi oleh keputusan badan-badan pemerintah ataupun badan perwakilan rakyat. Sektor publik : hasil dari pengambilan keputusan politik/publik tidak melibatkan proses pasar àcommand based : memaksa orang untuk patuh. Misal : KTP,SIM, pajak, dsb . àBisnis : voluntary (baju,elektronik, makanan, mobil,perhiasan, dsb)

Metode Penelitian Kuantitatif

1.    Chi-square
Rumusan masalah :
•    Apakah ada peerbedaan antara tingkatan gaji pegawai dengan merk laptop yang dimilikinya ?
Hipotesis :
•    Ha : ada hubungan antara tingkatan gaji pegawai dengan merk laptop yang dimilikinya
•    Ho : tidak ada hubungan antara tingkatan gaji pegawai dengan merk laptop yang dimilikinya
Hasil :
df         : 6
nilai hitung    : 13,590
nilai tabel    : 12,592 pada taraf signifikan 5 %
r  hitung > r  tabel , maka Ha diterima dan Ho ditolak
maka, ada prbedaan yang signifikan antara tingkat gaji pegawai dengan merk laptop yang dimilikinya.



2.    T-test
a)    Independen
Rumusan masalah :
 adakah hubungan antara siswa SMP yang mempunyai hp dan yang tidak mempunyai hp terhadap tingkat prestasi ?
Hipotesis :
•    Ha : ada hubungan antara siswa SMP yang mempunyai hp dan yang tidak mempunyai hp terhadap tingkat prestasi
•    Ho : tidak ada hubungan antara siswa SMP yang mempunyai hp dan yang tidak mempunyai hp terhadap tingkat prestasi
Hasil :
df         : (n+n)-2 = 28
t hitung    : 2,536
t tabel        : 2,048 dengan taraf 0,05
 t hitung >  t tabel , Ho ditolak dan Ha diterima
maka, ada hubungan antara siswa SMP yang mempunyai hp dan yang tidak mempunyai hp terhadap tingkat prestasi.




b)    Berpasangan
Rumusan masalah :
Apakah ada perbedaan tingkat religius mahasiswa sebelum  dan sesudah mendapatkan pelajaran agama ?
Hipotesis :
•    Ha : ada perbedaan tingkat religius mahasiswa sebelum  dan sesudah mendapatkan pelajaran agama
•    Ho : tidak ada perbedaan tingkat religius mahasiswa sebelum  dan sesudah mendapatkan pelajaran agama
Hasil :
Df        : n-1 = 29
T hitung    : 1,978
T tabel        : 2,045
t hitung <  t tabel , Ha ditolak dan Ho diterima
maka, tidak ada perbedaan tingkat religius mahasiswa sebelum  dan sesudah mendapatkan pelajaran agama.



DISUSUN OLEH :
ITA PUSPITASARI
D0109049

ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011

Administrasi Negara / Administrasi Publik

Fungsi administrasi negara
Ruang lingkup administrasi negara meliputi fungsi-fungsi dasar Administrasi negara sebagai berikut :
1.    Formulasi / perumusan kebijakan
Ada 4 sub fungsi yaitu :
1)    Peruusan kebijakan tergantung dari analisa yang baik atas keadaan yang nyata,
2)    Perumusan kebijakan juga harus meliputi usaha untuk memproyektir kenyataan-kenyataan sekarang dalam keadaan yang akan datang atau keadaan nantinya, dengan cara melakukan perkiraan dari perkembangan yang mungkin terjadi dan dalam penyusunan brbagai alternatif langkah kegiatan yang mngkin dilalui,
3)    Supaya suatu program strategi atau taktik kegiatan-kegiatan yang berdasar 1) dan  2)  dapat disusun,
4)    Pengambilan keputusan,
dengan katalain bagian ini dapat juga disebut perencanaan.
2.    Pengaturan / pengendalian unsur-unsur administrasi
Unsur-unsur administrasi adalah :
a.    Organisasi (tatakerja)
Berikut merupakan beberapa pengertian dari organisasi :
•    Prof Dr. Sondang P. Siagian, mendefinisikan “organisasi ialah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang mana terdapat seseorang / beberapa orang yang disebut atasan dan seorang / sekelompok orang yang disebut dengan bawahan.”
•    Drs. Malayu S.P Hasibuan mengatakan “organisasi ialah suatu sistem perserikatan formal, berstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Organisasi hanya merupakan alat dan wadah saja.”
•    Prof. Dr. Mr Pradjudi Armosudiro mengatakan “organisasi adalah struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.
•     James D Mooney berpendapat bahwa “Organization is the form of every human, association for the assignment of common purpose” atau organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk pencapaian suatu tujuan bersama.
•    Chester L Bernard (1938) mengatakan bahwa “Organisasi adalah system kerjasama antara dua orang atau lebih ( Define organization as a system of cooperative of two or more persons) yang sama-sama memiliki visi dan misi yang sama.
•     Paul Preston dan Thomas Zimmerer mengatakan bahwa “Organisasi adalah sekumpulan orang-orang yang disusun dalam kelompok-kelompok, yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.” (Organization is a collection people, arranged into groups, working together to achieve some common objectives).
b.    Keuangan
c.    Kepegawaian
Pengertian kepegawaian menurut penjelasan umum dalam Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 1974 disebut bahwa yang dimaksud dengan Kepegawaian adalah segala hal-hal mengenai kedudukan, kewajiban, hak, dan pembinaan pegawai negeri"
d.    Sarana-sarana lain
3.    Penggunaan dinamika administrasi
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan tidak saja bagi realisasi kegiatan yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.tetapi juga untuk mengendalikan atau pengurusan dari unsur-unsur administrasi. Unsur-unsur dinamika administrasi adalah sebagai brikut :
1)    Pimpinan. Sebagai penggerak proses administrasi.
2)    Koordinasi. Menyerasikan kegiatan antara bagian dalam proses administrasi.
3)    Pengendalian dan pengawasan. Pengambilan tindakan korektif.
4)    Komunikasi. Agar terbina rasa kebersamaan.
Aspek ini juga sering disebut sebagai aspek manajemen atau eksekutif eksekutif administrasi.



Administrasi pembangunan
Lahirnya administrasi pembangunan di awali dari ketiakmampuan negara-negara berkembang dalam mengelola bantuan luar negeri (bantuan tekhik, ekonomi, transportasi dan pendidikan). Kejadian tersbut kemudian membawa sarjana-sarjana administrasi negara AS ke negara-negara sedang berkembang

Membawa sarjana-sarjana administrasi negara di negara  sedang berkembang untuk belajar admiistrasi negara ke negara-negara maju (AS)
Namun kenyataan yang terjadi :
1.    Banyak ketrampilan bangsa Amerika Serikat yang tidak cocok dengan kebutuhan negara-negara sedang  berkembang
Contoh :
•    AS menghemat tenaga kerja, negara sedang berkembang surplus tenaga kerja.
•    Dalam halpekerjaan yang bersifat teknis, negara sedang berkembang perlu terlebih dahulu kursus, sementara bangsa AS sudah tidak perlu.
•    Teknologi Barat menghadapi ringtangan budaya.
•    Dalam memperbaiki sekolah, sistem ransportasi, perumahan dan sebagainya dinegara berkembang dengan ‘cara’ memindahkan begitu saja.
2.    Kebijakan Marshall Plann (Kebijakan Amerika Serikat tahun 1947 untuk mencegah gerakan komunis Eropa Barat berhasil, yang kemudian kebijakan tersebut menjadi “model” pemberian bantuan luar negeri).
 Hal ini menimbulkan “The fallacy of thiking” bagi negara berkembang. Karena dengan kebehasilan Marshall Plann di Eropa Barat juga akan memberikan keberhasilan di negara-negara berkembang, sehingga apa yang dilakukan oleh Eropa Barat langsung dioper dan dijalankan di negara sedang berkembang. Sementara antara Eropa Barat dan negara sedang berkemban mempunyai lingkungan yang berbeda. Dalam kenyataan, ada perbedaan dalam administasi bantuan luar negeri bagi negara berkembang, yaitu :
1)    Situasi dimana bantuan luar negeri merupakan keharusan, dan mempunyai kondisi yang mencukupi bagi pembangunan ekonomi.( Eropa Barat, Jepang, Israel)
2)    Situasi dimana bantuan luar negeri memang suatu keharusan, tetapi tidak mempunyai kondisi yang mencukupi untuk pembangunan ekonomi. (semua negara berkembang)
Dari kenyataan tersebut dapat diketahui bahwa konsep dan kerangka teori Administrasi Negara Amerika Serikat tidak dapat begitu saja diterapkan di negara berkembang. Hal ini menjadi asal mula proses lahirnya paradigma baru dalam studi Administrasi negara baik di Ameriks Serikat maupun di negara sedang berkembang. Proses lahirnya studi administrasi negara ditandai dengan gejala-gejala :
1)    Adanya pengakuan bahwa kebudayaan adalah faktor yang menentukan dalam kehidupan sistem Administrasi Negara
2)    Timbulnya pendekatan baru dalam studi Comparative Publik Administration, yaitu Pendekatan Lintas Budaya (Cross Cultural). Kemudian dikenal dua pendekatan :
a.    Pendekatan tradisional yang merupakan deskripsi dan analisis fungsi dan struktur negara-negara di Eropa Barat.
b.    Pendekatan Cross-Cultural atau Cross-national
3)    Kenyataan bahwa pembangunan bukan sekedar memindahkan atau mendirikan bangunan apa saja baik yang bersifat fisik, norma, sikap atau pengetahuan sekalipun diatas tempat yang baru, tetapi pembangunan menyangkut segala aspek kehidupan.

INSTRUMEN PENELITIAN

INSTRUMEN PENELITIAN

A.    Pengertian Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat kalau dinamakan membuat laporan daripada melakukan penelitian. Namun demikian dalam skala yang paling rendah laporan juga dapat dinyatakan sebagai bentuk penelitian (Emory, 1985). Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alaat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian.
Instrumen-instrumen yang digunakan dalam ilmu alam sudah banyak tersedia dan telah teruji validaitas dan realibilitasnya. Variabel-variabel dalam ilmu alam misalnya panas, maka instrumennya adalah calorimeter, variabel suhu maka instrumennya adalah thermometer, dan sebagainya. Instrumen-instrumen dalam penelitian sosial memang ada yang sudah tersedia dan teruji validitas dan realibilitasnya, seperti instrumen untuk mengukur motif prestasi, (n-ach) untuk mengukur sikap, mengukur IQ, megukur bakat dan lain-lain. Walaupun instrumen-instrumen tersebut sudah ada tetapi sulit untuk dicari, dimana harus dicari dan apakah bias dibeli atau tidak. Selain itu instrumen di bidang sosial walaupun telah teruji validitas dan realibilitasnya, tetapi bila digunakan untuk tempat tertentu belum tentu tepat dan mungkin tidak valid dan realibel lagi. Hal ini perlu dimaklumi karena gejala/fenomena sosial itu cepat berubah dan sulit dicari kesamaannya. Instrumen tentang kepemimpinan mungkin valid untuk kondisi Amerika, tetapi mungkin tidak valid untuk Indonesia. Untuk itu maka peneliti-peneliti dalam bidang sosial instrumen penelitian yang digunakan sering disusun sendiri termasuk menguji validitas dan realibilitasnya.
Jumlah instrumen penelitian tergantung pada jumlah variabel penelitian yang sudah ditetapkan untuk diteliti. Misalnya akan meneliti tentang “pengaruh kepemimpin dan iklim kerja lembaga terhadap produktivitas kerja pegawai”. Dalam hal ini ada tiga instrumen yang perlu dibuat yaitu:
1.    Instrumen untuk mengukur kepemimipinan
2.    Instrumen untuk mengukur iklim kerja
3.    Instrumen untuk mengukur produktivitas kerja pegawai

B.    Cara Menyusun Instrumen
Instrumen-instrumen penelitian dalam bidang sosial umumnya dan khususnya bidang administrasi yang sudah baku sulit ditemukan. Untuk itu maka peneliti harus mampu membuat instrumen yang akan digunakan untuk penelitian. Titik tolak dari penyusunan adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan instrumen, maka perlu digunakan ”matrik pengembangan instrumen” atau “kisi-kisi instrumen”.
Sebagai contoh misalnya variabel penelitiannya “tingkat kekayaan”. Indikator kekayaan misalnya: rumah, kendaraan, tempat belanja, pendidikan, jenis makanan yang sering dimakan, jenis olahraga yang dilakukan dan sebagainya. Untuk indicator rumah, bentuk pertanyaannya misalnya: 1)berapa jumlah rumah, 2) dimana letak rumah, 3) berapa luas masing-masing rumah, 4) bagaimana kualitas bangunan rumah dam sebagainya.
Untuk bisa menetapkan indikator-indikator dari setiap variabel  yang diteliti, maka perlu wawasan yang luas dan mendalam mengenai variabel yang diteliti dan teori-teori yang mendukungnya. Penggunaan teori untuk menyusun instrumen harus secermat mungkin agar diperoleh indikator yang valid. Caranya dapat dilakukan dengan membaca berbagai referensi (seperti buku, jurnal) membaca hasil-hasil penelitian sebelumnya yang sejenis, dan konsultasi pada orang yang dipandang ahli.
Chung/Megginson (1981) mengemukakan indikator variabel performance kerja yang meliputi:
1.    Quantity of work (kuantitas kerja)
2.    Quality of work (kualitas kerja)
3.    Job knowledge (pengetahuan kerja)
4.    Creativeness (kreativitas)
5.    Cooperation (kerja sama)
6.    Dependability (ketergantungan)
7.    Initiative (inisiatif)
8.    Personal qualities (kualitas pribadi)

KISI-KISI/MATRIK PENGEMBANGAN INSTRUMEN:
VARIABEL PEKERJAAN MANAJER

Variabel    Sub-variabel    Komponen dan Deskripsi
         Figur Kepala: aktivitas-aktivitas termasuk upacara, sosial, atau tugas-tugas legal (makan malam/siang, tanda-tangan  kontrak, dll)
     Peran Interpersonal    Pemimpin: memotivasi, penunjuk, pengembangan bawahan (kepegawaian, pelatihan dan bonus karyawan)
          Hubungan: menjaga kontak dengan orang-orang di luar rantai komando (pertemuan staf, makan siang dengan kawan sejawat, pelanggan, dan supplier) 
          Pengawasan: mencari dan mendapatkan informasi melalui media komunikasi lisan dan tulisan (meeting, memo, laporan, telepon)
     Peran Informasional    Disseminator: mentransmisikan informasi kepada pegawai (melalui meeting, memo, briefing, dan telepon) 
          Juru bicara: mentransmisikan informasi kepada orang di luar kelompok kerja (berbicara kepada kelompok, melaporkan kepada pihak luar, dan pengarahan kepada stakeholders) 
          Pengusaha: mencari kesempatan bisnis dan merencanakan kegiatan-kegiatan baru untuk mengembangkan prestasi (usaha baru, barang baru, dan perencanaan)
     Peran Kebijakan    Pengendali Gangguan: mengambil langkah koreksi pada tekanan atau masalah (demo buruh, kekurangan materi, dan resolusi konflik personal)
         Pengalokasian Sumber Daya: memutuskan unit organisasi mana, mendapatkan apa, dan berapa banyak (pembiayaan, keputusan pengeluaran modal, dan persetujuan personal)
          Negosiator: menegosiasikan dengan karyawan, pelanggan, supplier (negosiasi kontrak buruh dan gaji
     Kegiatan Administratif    Memproses kertas kerja, administrasi pembiayaan, dan pengendalian peraturan, dan regulasi
     Aktivitas Teknis     Memecahkan problem teknis, mengawasi teknis kerja, dan pekerjaan dengan alat dan peralatan
     Aktivitas Pengorganisasian    Pengoraganisasian ulang atau pengorganisasian aktivitas kelompok, persetujuan kembali tugas-tugas, dan menetapkan kewenangan, dan hubungan pertanggung-jawaban

C.    Validitas dan Realibilitas Instrumen
Dalam hal ini perlu dibedakan antara hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan instrumen yang valid dan reliabel. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Kalau dalam obyek berwarna merah, sedangkan data yang terkumpul memberikan data berwarna putih maka hasil penelitian tidak valid. Selanjutnya hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Kalau dalam obyek kemarin berwarna merah, maka sekarang dan besok tetap berwarna merah.
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat dugunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang dengan teliti, karena meteran memang alat untuk mengukur panjang. Meteran tersebut menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur berat. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Alat ukur panjang dari karet adalah contoh instrumen yang tidak reliabel/konstinten.
Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Jadi instrument yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Hal ini tidak berarti bahwa dengan menggunakan instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, otomatis hasil (data) penelitian menjadi valid dan reliabel. Hal ini masih akan dipengaruhi oleh kondisi obyek yang diteliti, dan kemampuan orang yang menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu, peneliti harus mampu mengendalikan obyek yang diteliti dan meningkatkan kemampuan dan menggunakan instrumen untuk mengukur variabel yang diteliti.
Instrumen yang reliabel belum tentu valid. Meteran yang putus dibagian ujungnya, bila digunakan berkali-kali akan menghasilkan data yang sama (reliabel) tetapi selalu tidak valid, khal ini disebabkan karena instrumen tersebut rusak. Penjual jamu berbicara dimana-mana kalau obatnya manjur (reliabel) tetapi selalu tidak valid, karena kenyataannya jamunya tidak manjur. Reliabilitas instrumen merupakan syarat utnuk pengujian validitas instrumen.
Pada dasarnya terdapat dua macam instrumen, yaitu instrumen yang berbentuk test untuk mengukur prestasi balajar dan instrumen nontest untuk mengukur sikap. Instrumen yang berupa test jawabannya adalah “salah atau benar”, sedangkan instrumen sikap jawabannya tidak ada yang “salah atau benar”, tetapi bersifat “positif dan negatif”.
Instrumen yang valid harus mempunyai validitas internal dan eksternal. Instrumen yang memiliki validitas internal atau rasional, bila kriteria yang ada dalam instrumen secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur. Jadi kriterianya ada di dalam instrumen itu. Instrumen yang memiliki validitas eksternal bila kriteria di dalam instrumen disusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang telah ada. Kalau validitas internal instrumn dikembangkan menurut teori yang relevan, maka validitas eksternal instrumen dikembangkan dari fakta empiris. Misalnya akan mengukur kinerja (performance) sekelompok pegawai, maka tolak ukur (kriteria) yang digunakan didasarkan pada tolak ukur yang telah ditetapkan di kepegawaian itu. Sedangkan validitas internal dikembangkan dari teori-teori mengenai kinerja. Untuk itu penyusunan instrumen yang baik harus memperhatikan teori dan fakta di lapangan.
Penelitian yang mempunayi validitas internal, bila data yang dihasilkan merupakan fungsi dari rancangan dan instrumen yang digunakan. Instrumen tentang kepemimpinan akan menghasilkan data kepemimpinan bukan motivasi. Penelitian yang mempunyai validitas eksternal bila, hasil penelitian dapat diterapkan pada sampel yang lain, atau hasil penelitian itu dapat digeneralisasikan.
Validitas internal instrument yang berupa test harus memenuhi construct validity (validitas konstruksi) dan content validity (validitas isi). Sedangkan untuk instrumen nontest yang digunakan untuk mengukur sikap cukup memenuhi validitas konstruksi. Sutrisno Hadi (1986) menyamakan construct validity sama dengan logical validity atau validity by definition. Instrumen yang mempunyai validitas konstruksi jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan yang didefinisikan. Misalnya akan mengukur efektivitas organisasi, maka perlu didefinisikan terlebih dulu apa itu efektivitas organisasi. Setelah itu disiapkan instrumen yang digunakan untuk mengukur efektivitas organisasi sesuai dengan definisi yang telah dirumuskan itu. Untuk melahirkan definisi, maka diperlukan teori-teori. Dalam hal ini Sutrisno Hadi menyatakan bahwa “bila bangunan teorinya sudah benar, maka hasil pengukuran dengan alat ukur (instrumen) yang berbasis pada teori itu sudah daipandang sebagai hasil yang valid.
Instrumen yang memiliki validitas isi (content validity) adalah instrumen yang berbentuk test yang sering digunakan untuk mengukur prestasi belajar (achievement) dan mengukur efektivitas pelaksanaan program dan tujuan. Untuk menyusun instrumen prestasi belajar yang mempunyai validitas isi, maka instrumen harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah diajarkan. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan program yang telah direncanakan. Selanjutnya instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat tercapainya tujuan (efektivitas) maka instrumen harus disusun berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan.   

Komunisme China



A.    Tentang Mao
Di antara tokoh-tokoh revolusioner yang terkemuka abad 20 seperti Lenin, Trotsky, Mussolini, dan Hitler tak ada satu pun yang menyamai MaoTse Tung dalam hal memberikan pengaruh yang begitu luas dan untuk waktu yang begiut lama bagi negaranya. Lenin meninggal pada tahun 1924, setelah memberi peringatan mengenai Stalin yang kejam dan beritikad buruk dari ranjang kematiannya. Trotsky membentuk Tentara Merah yang memenangkan perang saudara menyusul Revolusi Rusia. Namun demikian, beliau diusir dari Uni Soviet tahun 1929 sebagai korban kebencian Stalin. Mussolini memimpin gerakannya di seluruh kota Roma dan menjajikan untuk meciptakan kembali kejayaan Romawi Kuno, tetapi kemudian ia dijatuhi hukuman mati secara memalukan pada tahun 1945 di tengah-tengah reruntuhan perang yang tidak dimenangkannya. Kerajaan 1000 tahun yang dijanjikan Hitler terbakar hangus setelah lebih dari satu dasawarsa.
    Mao Tse Tung turut mendirikan Partai Komunis China pada tahun 1921, yang kemudian berhasil dibinanya meskipun menghadapi dua kali perang saudara dan serbuan asing. Ia menunutun partai itu menuju panggung kekuasaan dalam revolusi nasional tahun 1949. Kemudian selama lebih dari seperampat abad, sampai kematiannya tahun 1976, ia memimpin proses transformasi dan penataan kembali masyarakat dan dan kehidupan politik China. Selama 40 tahun, sejak menjadi pemimpin partai tahun 1935 sampai saat kematiannya ketika berumur 83 tahun, pribadi Mao Tse Tung dan ideologi komunis China tidak dapat dipisahkan. Resep-resepnya dalam hal berpikir dan bertindak, yang diterbitkan dengan judul The Thoughts of Mao Tse Tung bagi jutaan rakyat China merupakan literatur modern yang setaraf dengan Sayings of Confucius dari jaman lampau. Sampai saat kematiannya, Mao Tse Tung tetap menjadi teoritisi, pemimpin, dan lambing yang sangat berpengaruh bagi Komunisme China.
    Proklamasi RRC tanggal 10 oktober 1949 merupakan puncak dari perjalanan atau perjuangan yang panjang dengan penuh tantangan dari Mao dan Partai Komunis China. Ketika perjalanan itu baru dimulai, China dalam keadaan lemah dan terpecah-pecah, miskin, semi feodal, dilanda kelaparan secara periodik, diperintah oleh para panglima perang yang reaksioner, dan dikuasai oleh kekuatan-kekuatan asing yang menuntut konsensi-konsensi politik dan ekonomi dari pemerintah pusat yang tidak efektif. Ketika Mao meninggal, China telah bersatu, mandiri, bebas dari ekses-ekses korupsi politik dan kelaparan yang luas, dan bergerak ke arah pembangunan ekonomi. Lebih dari itu, China menjadi suatu kekuatan dunia yang yang memiliki senjata nuklir serta menjadi basis dukungan bagi rezim-rezim komunis lainnya sampai ke Albania. Prestasi-prestasi yang dicapainya luar biasa, tetapi denagn pengorbanan yang luar biasa pula.

B.    Tahun-tahun Awal Komunisme China
Mao lahir tahun 1983 di tengah keluarga “kelas menengah” yang relativ berkecukupan yang memberikan kepadanya pendidikan dasar yang penting untuk perkembangan dirinya di kemudian hari. Ia selalu terlibat dalam konflik dengan ayahnya yang dianggapnya keras, tidak masuk akal, dan kejam. Pada umur 16 tahun Mao melawan ayahnya dengan meninggalkan kampong halamannya dan masuk sekolah di sebuah kota ynag terdekat. Ketika ia masih duduk di bangku sekolah, terjadi Revolusi tahun 1911 yang menjatuhkan dinasti Manchu yang berkuasa. Revolusi 1911 ini juga menandai berdirinya Republik China secara resmi dan Mao menyambut dengan antusias revolusi itu. Setelah menjalankan masa tugas yang singkat dalam dinas ketentraman pro-republik, ia masuk Sekolah Latihan Keguruan di Changsha, ibu kota propinsi kelahirannya Hunan. Selama lima tahun dalam sekolah ini, ia mengembangkan kepribadian, pikiran, dan semua kegiatannya yang segera mengangkat dirinya dalam perjalanan revolusionernya.
Hasrat revolusioner Mao bergeser ke arah komunisme setelah ia berpindah ke Universitas Peking untuk bekerja sebagai seorang pembantu dalam perpustakaan. Di sana ia bergabung dengan sebuah kelompok studi Marxis dan turut mengambil bagian dalam Gerakan 4 Mei yang bersejarah itu (1911). Gerakan itu merupakan demonstrasi kekerasan menentang persetujuan pemerintah China dan Jepang dalam hal memberikan konsesi-konsesi territorial kepada Jepang. Penampilan yang eksplosif dari semangat nasionalis ini kemudian dirayakan sebagai awala dari perjuangan komunis di China. Setelah melihat keadaan China selama tahun-tahun tersebut, Mao, seperti juga para guru dan rekan-rekan mahasiswa, mengalami kekecewaan yang mendalam atas hasil-hasil Revolusi tahun 1911. Pemimpin revolusi itu, Sut Yat Sen, adalah seorang dokter lulusan Barat yang selama bertahun-tahun mengecam penguasa-penguasa Manchu yang korup dan tidak berwibawa. Pada tahun 1905, ia merumuskan rencananya dengan nama Tiga Prinsip Rakyat yaitu pemerintahan rakyat, yaitu pemerintahan rakyat (nasionalisme), kekuasaan rakyat (demokrasi), dan kesejahteraan rakyat (sosialisme). Prinsip-prinsip ini, yang selalu bersifat mendua dan tidak pernah diterapkan secara langsung pada masalah-masalah khusus dari zaman itu, menjadi pedeman ideologis yang utama bagi kelompok-kelompok pembaharu hingga Mao sendiri menyesuaikan Marxisme dan Leninisme dengan kondisi-kondisi masyarakat China.
Usaha-usaha Dr. Sun membuahkan hasila pada tahun 1911 dengan bantuan Jenderal Yuan Shih Kai, ketika seorang kaisar yang masih dapat disingkirkan sehingga Republik China pun diproklamasikan. Bagi Mao, seperti juga bagi orang-orang China yang berpikiran progresif, peristiwa ini merupakan saat yang menggembirakan. Namun demikian, harapan segera berubah menjadi kekecewaan yang pahit ketika Jenderal Yuan, yang saat itu sudah menjadi Presiden, mengkhianati revolusi. Ia berusaha memastikan dirinya sebagai kaisar yang baru dengan mengandalakan aliansi-aliansinya dengan para panglima perang propinsi, yang kekuatan militernya dapat dijadikan basis pemerintahannya. Yaun meninggal sebelum rencana-rencananya terlaksana. Ia meninggalkan warisan, yang juga merupakan warisan Revolusi 1911, yaitu sebuah negara yang terpecah-pecah yang diperintah oleh para panglima perang yang memiliki otonomi.
Periode selanjutnya merupakan masa pergolakan intelektual yang dalam dan seiring dengan itu terjadi pula frustasi politik yang parah. Segala jenis pembaharuan direncanakan dan dicoba, tetapi semakin jelas bahwa tanpa perubahan yang mendasar dalam struktur pemerintahan tak mungkin ada kemajuan permanen yang dapat dicapai. Demonstrasi dengan kekerasan pada tanggal 4 Mei 1919 merupakan pernyataan rasa tidak puas yang semakin berkembang.
Kekuatan-kekuatan revolusioner yang meraih kemenangan yang tidak meyakinkan pada tahun 1911 menampilkan dua ahli waris, yaitu Partai Nasionalis, kemudian diberi nama Kuomintang (Partai Rakyat Nasional), dan Partai Komunis yang didirikan tahun 1921 oleh sebuah kelompok kecil penganut Marxis termasuk Mao, di kota industri utama, Shanghai. Pada mulanya kedua partai ini dapat bekerja sama terutama karena desakan penasihat-penasihat Uni Soviet yang mengarahkan dan membantu kedua kelompok tersebut. Kolaborasi ini mencapai puncaknya dalam kampanye-kampanye militer yang berhasil pada tahun 1926-1927, dimana para raja perang menderita kekalahan dan nampaknya China akan bersatu kembali. Meskipun demikian, bahkan dalam tahu-tahun terjadinya kerja sama itu sudah timbul perpecahan yang serius antara Kuomintang, yang dipimpin oleh Chiang Ki-shek, dan kaum komunis. Pada tahun 1927 pertikaian itu berubah menjadi perang saudara terbuka.
Sumber-sumber perpecahan ini yang kemudian membawa akibat yang sangat menentukan bagi masa depan China, berkisar pada masalah-masalah yang sifatnya mendasar. Yang diperselisihkan ialah pandangan-pandangan yang saling bertentangan mengenai jalan keluar menuju China yang modern. Walaupun telah tampil sebagai seorang nasionalis yang revolusioner, pandangan-pandangan Chiang cenderung menjadi sempit dan konservatif. Tujuan utamanya adalah mengkonsolidasikan kekuasaan Kuomintang, sambil mengesampingkan pembaharuan sosial dan ekonomi. Setelah menikahi puteri dari keluarga seorang yang kaya dan berpola hidup barat, ia menjadi Kristen, dan semakin dekat dengan para saudagar kota yang kaya dan para tuan tanah dari pedesaan yang merupakan basis dukungannya. Karena itu ia melindungi kepentingan kelompok-kelompok pendukungnya tersebut. Chiang bukannya melaksanakan pembaharuan sosial dan politik, tapi malah menyerukan diberlakukannya kembali nilai-nilai tradisional konfusius dan disiplin militer yang ketat. Dalam suatu keputusannya yang genting ia lebih mengutamakan rencana pemusnahan kaum komunis daripada menangani masalah pembaharuan dalam negeri dan menghadapi ancaman agresi Jepang yang terus membayang. Di pihak lain, Mao menghendaki adanya perubahan yang mendasar di seluruh wilayah China yang bersifat agraris. Karya awalnya yang utama dalam bidang analisis social adalah “ Laporan tentang Penyelidikan atas Gerakan Petani yang Berkemanusiaan” (1927), memgungkapkan dua hal. Pertama, mengenai teori komunisnya yang menyimpang dari kebiasaan, dimana ia memberi tekanan pada kemampuan revolusioner petani dan bukannya kaum buruh kota. Kedua, justru mengenai implikasi-implikasi radikal yang ditimbulkan oleh seruannya untuk mengadakan revolusi di wilayah pedesaan. China adalah negara agraris yang luas dan Mao justru menyerang lembaga-lembaga yang merupakan pilar-pilar penyangga masyarakat tradisional China.
Perang Chian melawan komunisme ini berjalan dengan sukses karena dalam beberapa saat saja tentara Kuomintang dapat menguasai sebagian besar wilayah China. Karena  mendapat serangan di pangkalan utamanya di China Tengah bagian timur (propinsi Kiangsi), maka komunis memutuskan untuk meloloskan diri menuju ke suatu wilayah terpencil di bagian barat laut sehingga bisa bebas dari serangan (propinsi Shensi). Perjalanan panjang (1927) itu kemudian menjadi legenda dalam sejarah komunisme China. Rute perjalanan yang berliku-liku itu hampir mencapai 7000 mil. Pada mulanya ada 100.000 orang yang memulai perjalanan itu, tetapi akhirnya yang tetap bertahan sampai akhir kurang dari 30.000 orang. Jumlah yang tersisa ini, yang merupakan inti dari tentara komunis yang meraih kemenangan satu dasawarsa kemudian, terdiri dari para kader yang teguh, berdisiplin, setia, dan secara politik menyatu di bawah pimpinannya yang baru dipilih yaitu Mao Tse Tung.

C.    Doktrin-doktrin Mao
Selama Mao menjalani hidupnya di wilayah utara di ibu kota Yenan, ia merumuskan pandangan-pandangan teoritisnya dan memprakarsai kebijakan-kebijakan yang kemudian dipaksakan di seluruh wilayah China. Dalam teori-teori Mao tidak selalu terdapat konsistensi, dan dari tahun ke tahun mengalami perubahan. Sebaliknya, pikiran Mao mengalami banyak modifikasi, bahkan menyangkut hal yang pokok sekalipun. Kendati ia mengklaim dirinya sebagai penganut Marxisme-Leninisme dan bagian-bagian yang penting dari pemikirannya merupakan Leninisme yang ortodoks, justru sejak awal pandangan-pandangannya mencerminkan sifat-sifat yang khusus pada masyarakat China dan keadaan-keadaan yang istimewa dari perjuangannya menuju kekuasaan. Ada beberapa tema yang secara khas bersifat Maois, yaitu:
a.    Peranan desa lebih penting daripada kota
Dengan dukungan yang aktif atau setidak-tidaknya secara pasif dari para petani lokal, kekuatan-kekuatan komunis dapat menjalankan operasinyasecara efektif di wilayah pedesaan untuk memutuskan jalur-jalur komunikasi dan pemasokan, mencari kesempatan yang tepat utnuk berhadapan dengan pasukan penyerang dan kemudian mengalahkannya, dan akhirnya memaksa kota-kota untuk menyerah. Perang gerilya ini menjadi strategi umum Mao. Tentara komunis akan bergerak melintasi wilayah pedesaan seperti ikan di laut (“Rakyat menjadi laut, Kiata menjadi ikannya”), untuk pada akhirnya mengepung dan menaklukan kota-kota. Jadi menurut Mao, revolusi akan berhasil di wilayah pedesaan sebelum di kota-kota, dan di negara terbelakang sebelum di negara-negara industri pusat. Mao sesungguhnya menyesuaikan Marxisme dengan kondisi-kondisi dunia ketiga.
b.    Tentara Merah lebih penting daripada aksi massa
Keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh dukungan penduduk local, tapi terutama oleh efektivitas Tentara Merah sebagai suatu organisasi militer. Perang revolusi yang berlarut-larut tidak dapat dimenagkan oleh rakyat dan hanya tentara yang dapat memenangkan perjuangan seperti itu. Pemikiran ini merupakan dasar pijakan Mao dalam pernyataannya bahwa “menurut teori Marxis tentang negara, tentara adalah unsure yang utama dari kekuasaan politik dalam negara; siapa pun yang ingin merebut dan memegang kekuasaan politik haruslah memiliki tentara yang kuat.”
c.    Semangat revolusi lebih penting daripada keahlian teknis
Pandangan Mao tentang komunisme melampaui perubahan-perubahan dalam hal hak milik, hubungan kelas, dan lembaga-lembaga sosial. Ia mendambakan munculnya manusia jenis baru dengan sikap, hasrat, dan perilaku yang istimewa. Mao memegang cita-cita yang bersifat egaliter, dan komunal, dimana dikotomi desa dan kota, buruh dan manajer dan lain sebagainya harus dihilangkan. Menciptakan masyarakat yang bersifat komunnal itu merupakan tujuan revolusi yang secara giat harus diperjuangkan oleh kaum komunis. Tetapi pelsksanaan cita-cita trevolusi ini menemui berbagai rintangan yang serius, salah satu rintangan muncul dari keengganan yang begitu manusiawi dari para individu. Ahli mengacu pada kelompok individu yang memiliki kehlian dan pengetahuan khusus dan tetap sibuk dengan pekerjaannya dan tidak bergabung denagn massa rakyat seperti yang dikehendaki Mao. Sehingga disini menjadi jelas mengapa semangat revolusi lebih penting dibandingh keahlian teknis.
d.    Kekuatan subyektif lebih penting daripada kenyataan obyektif
Unsur yang khas dalam Maoisme ialah penegasannya bahwa terdapat kemungkinan mencapai perubahan yang revolusioner melalui penerapan sifat, kemauan, dan “pikiran yang benar” dalam berbagai kondisi historis. Unsur kesukarelaan dalam Marxisme, yaitu pandangan bahwa perubahan merupakan hasil dari tindakan-tindakan manusia yang direncanakan dan bukannya secara obyektif ditentukan oleh kondisi-kondisi masyarakat, telah dikembangkan oleh Lenin. Namun demikian, Mao menggunakannya secara lebih luas lagi, seperti yang nampak dari uraiannya mengenai kelompok masyarakat yang dapat menjadi bagian dari gerakan revoluisoner. Mao mengalamatkan seruan revolusinya bukan kepada kelas tertentu dalam masyarakat, tetapi kepada “rakyat” yang bisa mencakup keolmpok individu dengan asal-usul yang sangat beraneka ragam dan dipersatukan oleh dukungan mereka terhadap komunisme dan kesetiannya mengikuti pemikiran Mao. Pada tahun 1949 Mao menulis, “Siapakah rakyat itu? Dalam kondisi China yang sekarang ini, mereka adalah kelas buruh, petani, kaum borjuis kota yang picik, dan kaum borjuis nasional”. Jadi Mao menjangkau lebih jauh.

D.    Kemenangan Kaum Komunis
Selama masa-masa sulit di Yenan, setelah luput dari tentara penakluk Kuomintang, Mao menetapkan kebijaksanaan yang merupakan basis untuk memperoleh dukungan rakyat. Kebijakan-kebijakan ini mencakup pembaharuan dalam bidang agrarian, seruan-seruan yang bernada nasionalis untuk menentang serbuan asing, kampanya untuk menarik massa pada perjuangan komunis dan pengkaderan politik yang intensif.
Selama tahun-tahun yang sulit ini Mao menunjukkan keluwesan yang bersifat taktis dan kurang menerapkan dogmatism. Ia menyesuaikan kebijakan-kebijakan dengan kondisi-kondisi yang ada. Sebagai contoh, program pembaharuan yang dicanangkannya dalam bidang agrarian bersifat moderat dan berhati-hati sehingga tidak menimbulkan rasa permusuhan di kalangan petani yang dibutuhkannya sebagai basis pendukung. Ia merekrut para prajurit untuk Tentara Merah dan anggota-anggota partai komunis kapan saja ia menjumpai mereka, bahkan dari kalangan gelandangan yang oleh Karl Marx dianggap sebagai sampah masyarakat. Ia memegang pendirian bahwasan pasukannya memperlakukan penduduk setempat dengan ketulusan dan kejujuran yang sangat jauh berbeda dengan tindakan preampasan dan korupsi yang dilakukan oleh para tuan tanah, bangsa Jepang, dan Kuomintang. Barang-barang yang diambil oleh para prajurit selalu dibayar dengan ketentuan bahwa mereka akan membalas pemberian itusetelah revolusi selsesai. Drngan cara ini sebagian besar penduduk setidak-tidaknya memiliki kepentingan langsung dengan kemenangan komunis.
Untuk membentuk para anggota pilihannya menjadi kekuatan yang terpadu, Mao bersandar pada dua kekuatan andalannya yaitu semacam seruan-seruan nasionalisme dan kaderisasi politik yang intensif. Sementara Chiang mengecam kaum komunis sebagai musuh utamanya, Mao memperingatkan tentang adanya serbuan asing. Seruan Mao yang bernada nasionalis ini memenangkan dukungan yang luas di semua lapisan masyarakat. Ketiak Jepang melancarkan serbuan, Mao bersedia untuk bergabung dengan Kuomintang dalam perang pertahanan nasional. Bersamaan dengan itu ia melakukan berbagai usaha yang berat untuk melatih dan mengindoktrinasi anggota-anggota partai yang baru segai kader-kader yang efektif yang akan menjadi aktivis-aktivis berdisiplin dan penuh pengabdian. Untuk mempertahankan kendali, Mao mengadakan pembersihan bagi para kader, misal pejabat yang melakukan penyimpangan ideologis, dipindahkan ke wilayah yang terpencil atau didepak dari partai
Ketika mulai tampak bahwa Jepang akan kalah, pertentangan yang lama antara Kuomintang dan kaum komunis muncul kembali. Kali ini kaum komunis sudah semakin kuat kedudukannya, karena menguasai wilayah yang luas di bagian timur laut China, memiliki tentara gerilya yang berpengalaman, mempunyai strategi dan kebijakasanaan yang teruji, erta mendapat dukungan yang luas dari rakyat. Dalam kenyataanya, China telah terbagi atas dua golongan masing-masing dengan Angkatan Bersenjata, pemerintah, dan pemimpinnya yang saling bertentangan. Dalam situasi ini, AS yang secara resmi bersekutu dengan Kuomintang pipmpinan Chiang, megirimkan misi penengah yang dipimpin oleh Jenderal George Marshall. Namun demikian, pertemuan-pertemuan yang mereka adakan hanya membuat konflik semakin parah. Chiang berpegang teguh pada pendirian bahwa kaum komunis harus mengakui kedudukannya sebagai penguasa yang sah, sedangkan kaum komunis menuntut keikutsertaan mereka sebagai rekan yang sederajad dalam pemerintahan koalisi dan tentara gabungan. Pada tahun 1946 pecah lagi tindak kekerasan dalam suatu negara yang sesungguhnya telah letih berperang. Dalam waktu dua tahun kekuatan Kuomintang jatuh dan Chiang mundur ke pulau Taiwan untuk menata kembali sisa perlawanan terhadap kekuasaan komunis.

E.    Republik Rakyat
Selama jangka waktu antara terbentuknya Republik Rakyat dan kematian Mao tahun 1976, kebijakan-kebijakan dalam negeri China menyelenggarakan berbagai perubahan dan pembalikan yang menonjol yang merupakan refleksi dari komitmen ideologis Mao serta kondisi-kondisi ekonomi dan perubahan kekuasaan di kalangan tokoh-tokoh pemimpin China. Selama beberapa tahun ada prestasi-prestasi yang patut dicatat, tapi ada juga berbagai kegagalan yang tidak kurang menonjolnya.
Tugas-tugas awal yang dilakukan oleh rezim ini ialah membentuk suatu struktur pemerintahan nasional dan memulihkan kembali perekonomian yang hancur akibat perang. Tujuannya adalah untuk membuat China dapat berdiri tegak kembali sebagai langkah awal menuju cita-cita pembangunan dan sosialisme yang lebih ambisius. Pendekatan yang digunakan pada tahun-tahun awal (1949-1952), lebih bersifat pragmatis dan kuarang terikat pada ideologi. Kebijakan land reform yang telah diupayakan di Yenan diterapkan pula di seluruh negeri. Kampanye-kampanye ini akan menjadi metode yang khas dari kaum komunis untuk memperkenalkan kebijakan-kebijakan baru kepada masyarakat dan memobilisasi dukungan rakyat terhadap program pemerintah dan tokoh-tokoh pemimpin tertentu. Di samping itu dipersiapkan juga landasan untuk tahap selanjutnya dari perluasan industri dan kolektivisasi pertanian.
Dalam repelita I (1953-1957) China dengan giat bergerak maju menuju industrialisasi dan kolektivisasi. Yang menjadi model dalam usaha ini adalah Uni Soviet. Bangsa China mengambil berbagai praktek yang sudah diterapkan dalam pengalaman Soviet, seperti perencanaan ekonomi yang sangat tersentralisir dengan pengendalian yang ketat terhadap semua tahap perkembangan produksi, distribusi, dan konsumsi; lebih mengutamakan perkembangan industri.
Hasil-hasil yang dipeeroleh dalam Repelita I cukup mengesankan. China telah maju ke dalam industrialisasi dan telah mencapai tingkat pertumbuhan penduduk yang berarti. Tetapi langkah dan arah pembangunan yang dipaksakan itu juga menyebabkan masalah serius. Masalah-masalah yang menonjol itu misalnya, macetnya produksi pertanian, meningkatnya urbanisasi, pengangguran, dan defisit neraca pembayaran dalam perdagangan internasional. Selain itu kesuliatan-kesulitan lain yang lebih parah, yaitu implikasi-implikasi sosial dan ideologis dari penerapan model pembangunan soviet; ketimpangan, ketergantungan terhadap bantuan negara lain. Dalam suatu keputusannya yang penting Mao secara tegas meninggalkan pembangunan model soviet dan menempuh jalur baru yang sangat jauh berbeda dari model sebelumnya. Jalur baru tersebut disebut Lompatan Jauh Ke Depan.
Lompatan jauh ke depan (1958-1960) merupakan kebalikan dari kebijakan-kebijakan sebelumnya dan mencakup pengenalan serangkaian pembaharuan dalam industri, pertanian, dan pemerintahan, yang dimakdudkan untuk memecahkan masalah yang timbul dalam Repeliata I dan sekaligus menempatkan China dalam jalur Maoisme. Lompatan jauh itu merupakan bagian dari lingkaran pergantian kecenderungan kebijakan Mao yang mencirikan seluruh masa pemerintahan Mao. Lingkaran pergantian kebijakan itu dapat kita  lihat, misalnya, dalam pergantian antara radikalisasi dan sikap moderat, semangat ideologi dan keluwesan dalam praktek, mobilisasi massa dan birokratisasi yang bersifat elitis, “politik sebagai pangliam” dan “ekonomi sebagai panglima”, serta Merah dan ahli. Dalam program Lompatan Jauh Ke Depan itu Mao memprakarsai banyak kebijakan yang belum teruji dan ternyata tidak dapat dijadikan sebagai basis pertumbuhan ekonomi yang mantap. Dengan kegagalannya itu Mao membuka pintu bagi kemerosotan popularitasnya dalam bidang politik pada waktu itu. Dalam beberapa tahun pelaksanaan inovasi yang sangat jauh implikasinya dan menciptakan kebingungan, Mao membebankan penderitaan yang berat bagi rakyat China, meskipun beberapa kebijakan patut mendapat perhatian. Salah satu kebijakan yang patut disebut ialah adanya kommune-kommune. Kommune dianggap sebagai organisasi social yang tinggi tingkatannya karena di dalamnya perilaku perorangan yang mengutamakan kepentingan diri sendiri diubah menjadi perilaku yang mengutamakan kepentingan umum, secara social menguntungkan, dan kegiatan-kegiatannya terencana.
Tahun 1961-1965 merupakan masa penyesuaian kembali, dimana pembaharuan-pembaharuan yang gagal dari program Loncatan Jauh Ke Depan ditinggalkan dan China bergerak menuju ke arah pemulihan. Pendulum berpindah ke hal-hal yang praktis. Pemilikan tanah secara perorangan diijinkan kembali; sistem kommune dihapus; insentif-insentif kebendaan diperkenalkan kembali; keahlian teknis diberi imbalan; inovasi teknologi lebih dipentingkan daripada mobilisasi massa, dan sebainya. Kebijakan-kebijakan Mao dan pribadi Mao sendiri akhirnya member jalan pada pendekatan para ahli yang lebih konvensional
Berbagai langkah penyesuaian itu membawa hasil. Meskipun masih terdapat masalah ynag berkepanjangan, seperti pertumbuhan penduduk yang tinggi, perekonomian China bisa pulih kembali. Tambahan pula, pemulihan itu dicapai tanpa bantuan Soviet. China telah mewujudkan kemandiriannya. Kendati demikian, sepak terjang Mao harus diperhitungkan. Ternyata di balik layar, Mao sedang mempersiapkan usaha-usaha yang sangat radikal untuk membawa perubahan cepat dalam masyarakat China, melalui Revolusi Besar Kebudayaan Proletar.
F.    Revolusi Kebudayaan
Meskipun bagi dunia luar Revolusi Kebudayaan (1966-1969) pecah seperti ledakan bom, namun di China sendiri revolusi itu merupakan hasil dari pertarungan politik yang telah berlangsung selama beberapa tahun. Ketika kampanye revolusi itu dimulai, seluruh masyarakat China merasa terkejut. Kalau program Lompatan Jauh Ke Depan memberikan pengaruhnya yang utama pada bidang ekonomi, Revolusi Kebudayaan bertujuan untuk merubah semua bidang kehidupan masyarakat yang penting seperti partai, Angkatan Bersenjata, pemerintahan, pabrik-pabrik, sekolah-sekolah, kebudayaan, kesenian, keluarga, dan peranan Mao sendiri.
Inti Revolusi Kebudayaan ialah mempolitisir semua kegiatan masyarakat sehingga tidak ada satu ruangan pun yang kebal terhadap pencegatan dan campur tangan  penguasa atas nama kesadaran Revolusi Rakyat. Kesadaran ini mula-mula diwujudkan dalam bentuk kumpulan pemuda belasan yang digunakan Mao sebagai agen-agen perubahan sosial. Para pemuda ini diangkut oleh tentara dari satu tempat ke tempat lain, berkumpul di kota-kota untuk memberi penjelasan kepada para guru dikelasnya, birokrat di kantor, manajer di pabrik, sehingga mereka tergerak untuk menganut prinsip egalitarisme revolusi. Mao memperoleh lebih dari apa yang diperjuangkannya. Para pemuda yang diorganisir dalam brigade-brigade Pengawal Merah mengambil alih badan-badan pemerintahan, menteror penduduk kota dan kedutaan asing, dan bahkan muali bertarung diantara mereka sendiri. Dan semua menjadi kacau para pemuda tadi enggan mengembalikan wewenang yang baru diperoleh darinya. Mao mengerahkan lagi para tentara untuk membekukan Pengawal Merah dan membubarkan semua anggotanya di seluruh negeri.
Sasaran utama Revolusi Kebudayaan ialah lembaga-lembaga yang menjalankan fungsi sosialisasi dalam masyarakat yang secara langsung membentuk nilai dan keyakinan manusia. Di samping kerugian yang diderita oleh masyarakat secara keseluruhan, diperkirakan bahwa selama Revolusi Kebudayaan berlangsung, China menderita kehilangan satu juta dokter, insinyur, guru, dan tenaga-tenaga profesi lainnya. Semestinya mereka dapat meniti karir yang menjajikan kecerahan, tetapi mereka malah menjadi korban dari devosi atau penyembahan Mao terhadap egalitarianism revolusioner.
Walaupun berbagai perubahan dirasakan sangat dramatis dalam bidang pendidikan dan kesenian, namun pengaruh secara poltik paling menonjol terjadi dalam tubuh partai itu sendiri. Mao melancarkan aksi pembersihan secara besar-besaran dalam tubuh partai yang hampir saja meruntuhkan seluruh struktur yang telah dibangunnya sendiri selama lebih dari tiga puluh tahun. Revolusi Kebudayaan merupakan usaha besar Mao yang terakhir untuk merubah masyarakat China menurut pandangannya yang bersifat egaliter dan komunal. Meskipun kemudian banyak praktek yang ekstrim Revolusi kebudayaan dimodifikasi, dan banyak individu yang menjadi korban dikembalikan pada jabatannya yang semula, namun akibat-akibat revolusi itu dirasakan bertahun-tahun. Sampai Mao meninggal dunia, China masih berada dibawah bayangan Revolusi Kebudayaan.

*Tulisan diatas merupakan ringkasan/ resume dari buku Isme-isme Dewasa Ini karangan William Ebenstein (hal 83-100).

Fasisme

A. Latar Belakang Fasisme
Fasisme adalah sebuah gerakan politik penindasan yang pertama kali berkembang di Italia dan kemudian berkembang di berbagai negara di Eropa, sebagai reaksi atas perubahan sosial politik akibat Perang Dunia I. Istilah fasisme menimbulkan gambaran kekerasan, kebrutalan dan kekejaaman mengerikan yang tak terlukiskan. Nama fasisme berasal dari kata Latin fasce, artinya kumpulan tangkai yang diikatkan kepada sebuah kapak, yang melambangkan pemerintahan di Romawi kuno. Istilah fasisme pertama kali digunakan di Italia oleh pemerintahan yang berkuasa tahun 1922-1924 pimpinan Benito Mussolini. Gambar tangkai-tangkai yang diikatkan pada kapak menjadi lambang partai fasis pertama. Setelah Italia, pemerintahan fasis kemudian berkuasa di Jerman dari 1933 hingga 1945, dan di Spanyol dari 1939 hingga 1975. Di Asia, jepang menjadi fasis melalui perubahan secara perlahan ke arah lembaga-lembaga yang totaliter setelah menyimpang dari budaya aslinya, pada tahun 1930-an. Di belahan bumi barat, pemerintah semi-konstitusional yang dipimpin oleh para tuan tanah dihancurkan di argentina tahun 1943, setelah terjadi pemberontakan para tentara yang merasa tidak puas, kemudian dibentuk suatu kediktatoran fasis dibawah pimpinan kolonel peron yang berlangsung sampai tahun 1955 saat kolonel peron tumbang.
Fasisme dapat dianggap sebagai pemberontakan kedua setelah komunisme terhadap cara hidup barat yang liberal. Fasisme merupakan pengaturan pemerintah dan masyarakat secara totaliter oleh suatu kediktatoran partai tunggal yang sangat nasionalis, rasialis, militeris, dan imperialis. Kondisi penting dalam pertumbuhan negara fasis adalah perkembangan industrialisasi, karena Fasisme merupakan bentuk sistem totaliter yang secara khas tumbuh dan berkembang di negara-negara relatif lebih kaya dan secara teknologi lebih maju, contoh: jerman dan jepang. Fasisme mendapat dukungan pembiayaan dari industriawan dan tuan tanah, karena kedua kelompok ini mengharapkan lenyapnya gerakan serikat buruh bebas, yang dianggapnya menghambat kemajuan proses produksi dalam industri. Sumber dukungan lain bagi rezim fasis adalah kelas menengah, terutama pegawai negeri. Mereka melihat fasisme adalah sebuah sarana untuk mempertahankan prestise yang ada sekaligus perlindungan politik. Fasisme juga memerlukan dukungan dari kaum militer, sebagaimana fasisme Jerman, Italia dan Jepang, sebagai jalan menuju militerisasi rakyat.

B.    Akar-Akar Psikologi Sistem Totaliter
Pemahaman mengenai kecenderungan-kecenderungan fasis terletak pada berbagai kekuatandan tradisi masyarakat luas. Di negara-negara fasis tradisi otoriter telah mendominasi dan filsafat demokrasi yang rapuh. Olehkarena itu warga negara tidak akan menolak adanya kecenderungan-kecenderungan fasis dan kemungkinan menganggap sesuai dengan masyarakatnya, banyak hal dalam adat dan kebiasaan hidup orang jerman dan jepang yang menunjukan kecenderungan ke arah cara hidup otoriter.
Analisis tradisional mengenai kediktatoran politik telah dipusatkan pada motivasi-motivasi yang mendorong para pemimpin yang bersifat diktator, seperti nafsu yang membara untuk meraih kekuasaan dan hasrat yang sadis untuk mendominasi. Adanya gerakan masa yang otoriter seperti fasisme justru ditentukan oleh hasrat banyak orang untuk memasrahkan diri dengan setia untuk patuh dan menerima. Sistem totaliter, entah fasis maupun komunis, menarik orang-orang dengan bentuk orang tua dan anak yang mencari rasa aman dengan ketergantungan. Fasisme ibarat memanfaatkan kondisi psikologis kepatuhan sang anak kepada orang-tuanya. Dengan kepatuhan, maka sang anak akan terlindungi karena memiliki tempat bergantung. Fasisme juga memiliki ciri untuk menyesuaikan diri dengan praktek kuno yang sudah ada. Mementingkan status dan kekuatan pengaruh, kesetiaan kelompok, kedisiplinan dan kepatuhan yang membabi-buta. Hal ini menyatu dalam membentuk karakter fasis. Sehingga sebagai suatu kesatuan, mereka hanya patuh terhadap perintah tanpa harus mempersoalkan apa dan bagaimananya. Untuk mempertahankan kesatuan, fasisme juga menciptakan musuh-musuh yang nyata maupun imajiner. Jerman memusuhi yahudi, karena yahudi dianggap ras rendah yang senantiasa mengotori kemurnian ras arya. Memusuhi kaum komunis maupun liberalis-kapital, karena mereka bukan bangsa arya atau indo-jerman. Jika merasa kekuatannya telah cukup untuk tidak sekedar berteori, maka kaum Fasis mulai menunjukkan sifat imperialisnya. Mereka akan menjanjikan kemenangan dalam permusuhan dengan bangsa lain. Kaum fasis senantiasa ingin menunjukkan bahwa mereka lebih unggul dari bangsa atau negara manapun. Apabila fasisme kalah, maka sang pemimpin fasis akan menjadi korban kehancuran rezimnya sendiri. seperti yang dialami Mussolini yang ditembak dan digantung oleh rakyatnya sendiri.
Sifat-sifat yang menandakan orang berkepribadian otoriter yang berbentuk fasis, kecenderungan untuk mematuhi dengan paksa cita-cita dan pratek-pratek yang kolot, kekakuan perasaan, kesetiaan yang teguh pada golongan sendiri, disertai adanya kebencian yang sangat pada golongan luar, lebih menekankan soal disiplin dan kepatuahan daripada kebebasan dan spontanitas dalam hubungan kemanusiaan. sikap ketergantunagan dan kepatuhan dalam masyarakat totaliter fasis memberikan jaminan rasa aman yang dibutuhkannya, namun jaminan rasa aman atau jaminan yang diinginkanya tidak memberikan kesempatan untuk mengatualisasikan dirinya sendiri. Oleh karena tidak diberi kesempatan untuk penyaluran aktualisasi diri, maka muncul lah sikap-sikap kejiwaan menjadi sikap permusuhan dan agresi yang tertekan.
C.    Metode-Metode yang Digunakan Fasisme untuk Berkuasa

Fasisme mencapai kesuksesan pertama kalinya di Italia. Mussolini mengambil keuntungan dari tekanan-tekanan sosial dan kerinduan di kalangan rakyat Italia akan perubahan. Setelah perang, Mussolini memobilisasi para mantan tentara, pengangguran dan mahasiswa, dengan slogan-slogan yang meneriakkan kembalinya masa-masa kejayaan Romawi kuno. Mussolini mengorganisir para pendukungnya, yang dikenal sebagai Kemeja Hitam dalam sebuah format semi-militer, dan memiliki metode-metode yang dibangun dengan kekerasan. Mereka mulai melakukan penyerangan-penyerangan di jalan-jalan terhadap kelompok-kelompok yang mereka anggap sebagai saingan mereka. Dengan berbagai unjuk salam, lagu, seragam, dan pawai resmi yang bergaya Romawi, mereka membangkitkan emosi kaum tak terpelajar dan tak punya hak suara.
Pada tanggal 29 Oktober 1922, 50.000 militan fasis di bawah komando enam jendral berbaris memasuki Roma. Karena sang raja sadar apa yang dapat dilakukan oleh kekuatan yang menentangnya ini, dan bahwa tidak ada yang dapat ia lakukan untuk melawan mereka, ia mengajak Mussolini untuk membentuk sebuah pemerintahan. Sebagai hasil perkembangan selanjutnya, kaum fasis Italia akhirnya berkuasa.
Hitler memperoleh kekuasaan dengan cara yang sama. Gerakan Nazi lahir pada awal tahun 1920-an, dan melakukan tindakan kekerasan pertamanya pada ‘putsch’ di Aula Bir Munich. Hitler memasuki pertemuan dalam kemarahan yang meluap-luap dan mengambil alih tempat itu. Kaum Nazi tumbuh makin kuat dengan meneror lawan-lawannya dan menghasut kebencian. Pada akhirnya, Partai Nazi menjadi sebuah partai penting di parlemen. Selama hal ini berlangsung, tentu saja, kaum Nazi seringkali melakukan cara-cara ilegal, sebagaimana partai Fasis Italia. Pada tanggal 30 Januari 1933, Hitler diangkat menjadi kanselir. Jabatan itu diberikan kepadanya oleh Presiden Hindenburg yang sudah tua, yang menyadari bahwa pertumbuhan kekuatan Gerakan Sosialis nasional semakin mengancam, dan karenanya, Hitler dijadikan kanselir untuk mencegah perang sipil. Ketika Hitler kembali mencalonkan diri dalam pemilihan umum pada bulan Maret, sebagaimana semua pemerintahan fasis, kaum Nazi melakukan teror, intimidasi, dan kecurangan. Setelah pemilihan umum, parlemen Jerman segera meloloskan Undang-Undang Pembolehan, yang membuat Hitler menjadi diktator Jerman selama empat tahun.
Dengan demikian, kekuasaan pemerintahan dan penegakan hukum berada di tangan Hitler. Namun, tak lama kemudian, kekuasaannya meningkat lebih jauh lagi. Pada bulan Agustus 1934, saat wafatnya Hindenburg, jabatan presiden dan kanselir disatukan, dengan Hitler sebagai pemegang keduanya. Hitler memberlakukan kebijakan-kebijakan seperti yang dilakukan Mussolini. Selain pemaksaan yang tak berperikemanusiaan, Hitler juga menggunakan berbagai metode yang tidak demokratis. Misalnya, ia melarang semua partai oposisi, dan melarang semua perserikatan dagang, sehingga menghapuskan sepenuhnya kebebasan individu. Pengaruh Nazi dapat dirasakan dalam seluruh bidang kehidupan. Bahkan profesor-profesor universitas pun diharuskan bersumpah untuk loyal kepada Hitler.
Di Spanyol, Franco meraih kekuasaan setelah sebuah perang sipil berdarah. Dengan didukung oleh Hitler dan Mussolini, pasukan bersenjata Franco mengalahkan kaum komunis setelah perang yang dahsyat dan lama, lalu mengambil alih kekuasaan di seluruh negeri. Franco kemudian membangun sebuah rezim yang menindas, dan memerintah negara itu dengan “tangan besi” hingga tahun 1975.
Jadi metode-metode yang digunakan fasisme untuk berkuasa sebagian besar berupa pemaksaan dan kekerasan, dengan memanfaatkan kaum yang lemah.


D.    Teori Dan Praktek Fasisme
a)    Doktrin Dan Kebijaksanaan
Fasisme tidak memiliki pernyataan yang mengikat tentang landasan prinsip-prinsip baku dari fasisme, apalagi sudah tidak ada lagi negara yang mendalagi persekutuan fasis sedunia. Selama rezim nazi(1933-1945) jerman menjadi negara fasis yang paling kuat, dan fasisme dunia sebagian besar dibiayai dan dibina oleh uang dan otak bangsa jerman. Sejak kekalahan negara poros fasis(Jerman, Jepang, dan Italia) dalam perang dunia II, tidak pernah ada lagi negara fasis yang berpengaruh. Ketiadaan pernyataan tentang prinsip-prinsip fasis yang mengikat dan diakui secara universal bukanlah berarti tidak ada pedoman sama sekali. Hitler mewariskan pedoman yang dapat dipercaya menuju ke alam pemikirannya. Sedangkan Mussolini, dalam bukunya Doctrine of Fascism meningalkan sebuah pernyataan yang moderat mengenai prinsip-prinsip fasis yang menggambarkan fasisme model Italia. Fasisme model Italia lah yang menjadi model bagi gerakan fasis di seluruh dunia.
Unsur-unsur pokok dalam pandangan fasis:
1.    Ketidak percayaan pada kemampuan nalar. Bagi fasisme, keyakinan yang bersifat fanatik dan dogmatic adalah sesuatu yang sudah pasti benar dan tidak boleh lagi didiskusikan. Terutama pemusnahan nalar digunakan dalam rangka “tabu” terhadap masalah ras, kerajaan atau pemimpin.
2.    Pengingkaran derajat kemanusiaan.  Bagi fasisme manusia tidaklah sama, justru pertidaksamaanlah yang mendorong munculnya idealisme mereka. Bagi fasisme, pria melampaui wanita, militer melampaui sipil, anggota partai melampaui bukan anggota partai, bangsa yang satu melampaui bangsa yang lain dan yang kuat harus melampaui yang lemah. Jadi fasisme menolak konsep persamaan tradisi yahudi-kristen (dan juga Islam) yang berdasarkan aspek kemanusiaan, dan menggantikan dengan ideology yang mengedepankan kekuatan.
3.    Kode prilaku yang didasarkan pada kekerasan dan kebohongan.  Dalam pandangan fasisme, negara adalah satu sehingga tidak dikenal istilah “oposan”. Jika ada yang bertentangan dengan kehendak negara, maka mereka adalah musuh yang harus dimusnahkan. Dalam pendidikan mental, mereka mengenal adanya indoktrinasi pada kamp-kamp konsentrasi. Setiap orang akan dipaksa dengan jalan apapun untuk mengakui kebenaran doktrin pemerintah. Hitler konon pernah mengatakan, bahwa “kebenaran terletak pada perkataan yang berulang-ulang”. Jadi, bukan terletak pada nilai obyektif kebenarannya.
4.    Pemerintahan oleh kelompok elit. Dalam prinsip fasis, pemerintahan harus dipimpin oleh segelintir elit yang lebih tahu keinginan seluruh anggota masyarakat.  Jika ada pertentangan pendapat, maka yang berlaku adalah keinginan si-elit.
5.    Totaliterisme. Untuk mencapai tujuannya fasisme bersifat total dalam mengasingkan sesuatu yang dianggap kaum pinggiran. Hal inilah yang dialami kaum wanita, dimana mereka hanya ditempatkan pada wilayah 3 K yaitu: kinder (anak-anak), kuche (dapur) dan kirche (gereja). Bagi anggota masyarakat, kaum fasis menerapkan pola pengawasan yang sangat ketat. Sedangkan bagi kaum penentang, maka totaliterisme dimunculkan dengan aksi kekerasan seperti pembunuhan dan penganiayaan.
6.    Rasialisme dan imperialisme. Menurut doktrin fasis, dalam suatu negara kaum elit lebih unggul dari dukungan massa dan karenanya dapat memaksakan kekerasan kepada rakyatnya. Dalam pergaulan antar negara maka mereka melihat bahwa bangsa elit, yaitu mereka lebih berhak memerintah atas bangsa lainnya. Fasisme juga merambah jalur keabsahan secara rasialis, bahwa ras mereka lebih unggul dari pada lainnya, sehingga yang lain harus tunduk atau dikuasai. Dengan demikian hal ini memunculkan semangat imperialisme.
7.    Menentang hukum dan ketertiban internasional. Konsensus internasional adalah menciptakan pola hubungan antar negara yang sejajar dan cinta damai. Sedangkan fasis dengan jelas menolak adanya persamaan tersebut. Dengan demikian fasisme mengangkat perang sebagai derajat tertinggi bagi peradaban manusia. Sehingga dengan kata lain bertindak menentang hukum dan ketertiban internasional.

b)    Ekonomi Fasis: Negara Korporasi
Negara korporasi menerapakan prinsip-prinsip fasis dalam menata dan mengawasi perekonomian. Ada dua asumsi yang mendasari filsafat negara korporasi. Pertama,masyarakat biasa tidak boleh memikirkan hal-hal yang bersifat politik. Mereka hanya berhak menjalankan tugasnya sendiri-sendiri. Kedua, para elitlah yang dianggap memiliki kemampuan untuk memahami masalah seluruh anggota masyarakat karena itu hanya mereka yang berhak memerintah.
Dalam aspek politik, fasisme mewujudkan negara yang menganut sistem partai tunggal, dan dari aspek ekonomi dan sosial fasisme menerapakan korporatisme. Dalam bidang politik fasisme mengganti konsep pokok tentang kebebasan individu dengan kekuasaan negara yang tidak terbatas, maka dalam bidang ekonomi fasisme menolak perekonmian kemakmuran bebas, entah itu kapitalis atau pun sosialis. Tujuan negara korporasi adalah menjamin kekuasaan negara bukan kesejahteraan individu. Tujuan akhir organisasi perekonomian korporatis adalah persiapan menuju perekonomian perang permanen, karena imperialisme yang agresif merupakan tujuan akhir politik luar negri fasis.
Rezim fasis Italia membentuk negara korporatis untuk menunjukan kepada rakyat Italia dan dunia bahwa fasisme merupakan prinsip baru yang kreatif dalam organisasi sosial dan politik, bukan sekedar reaksi terhadap kapiltalisme dan sosialisme liberal. Namun pada akhirnya negara korporasi fasis terbukti kebangkrutannya. Saat Italia mulai dikalahkan oleh tentara sekutu pada Perang Dunia II, sehingga  Mussolini harus merasakan hukuman mati dari rakyatnya sendiri. 
DAFTAR PUSTAKA

    Ebenstein, William dan Edwin Fogelman. Isme-Isme Dewasa Ini. penerjemah: Alex Jemadu.  Jakarta: Erlangga. 1990.
    Sargetn, Lyman Tower. Ideologi-Ideologi Politik Kontemporer.penerjemah: A.R. Henry Sitanggang,S.H. Jakarta:Erlangga.1987.
    http://newhistorian.wordpress.com
    http://www.harunyahya.com/indo/buku/fasisme8.htm

ANARKISME

ANARKISME

Anarkisme atau dieja anarkhisme yaitu suatu paham yang mempercayai bahwa segala bentuk negara, pemerintahan, dengan kekuasaannya adalah lembaga-lembaga yang menumbuhsuburkan penindasan terhadap kehidupan, oleh karena itu negara, pemerintahan, beserta perangkatnya harus dihilangkan/dihancurkan. Secara spesifik pada sektor ekonomi, politik, dan administratif, Anarki berarti koordinasi dan pengelolaan, tanpa aturan birokrasi yang didefinisikan secara luas sebagai pihak yang superior dalam wilayah ekonomi, politik dan administratif (baik pada ranah publik maupun privat). (http://id.wikipedia.org/wiki/Anarkisme, di akses tanggal 9 Maret 2011)
Di Indonesia, istilah anarki, anarkis atau anarkisme digunakan oleh media massa untuk menyatakan suatu tindakan perusakan, perkelahian atau kekerasan massal. Padahal menurut para pencetusnya, yaitu William Godwin, Pierre-Joseph Proudhon, dan Mikhail Bakunin, anarkisme adalah sebuah ideologi yang menghendaki terbentuknya masyarakat tanpa negara, dengan asumsi bahwa negara adalah sebuah bentuk kediktatoran legal yang harus diakhiri.
Negara menetapkan pemberlakuan hukum dan peraturan yang sering kali bersifat pemaksaan, sehingga membatasi warga negara untuk memilih dan bertanggung jawab atas pilihannya sendiri. Kaum anarkis berkeyakinan bila dominasi negara atas rakyat terhapuskan, hak untuk memanfaatkan kekayaan alam dan sumber daya manusia akan berkembang dengan sendirinya. Rakyat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa campur tangan negara.
Kaum punk memaknai anarkisme tidak hanya sebatas pengertian politik semata. Dalam keseharian hidup, anarkisme berarti tanpa aturan pengekang, baik dari masyarakat maupun perusahaan rekaman, karena mereka bisa menciptakan sendiri aturan hidup dan perusahaan rekaman sesuai keinginan mereka. Punk etika semacam inilah yang lazim disebut DIY (do it yourself/lakukan sendiri).
Keterlibatan kaum punk dalam ideologi anarkisme ini akhirnya memberikan warna baru dalam ideologi anarkisme itu sendiri, karena punk memiliki ke-khasan tersendiri dalam gerakannya. Gerakan punk yang mengusung anarkisme sebagai ideologi lazim disebut dengan gerakan Anarko-punk.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Punk, di akses tanggal 9 Maret 2011)

Etimologi
Anarkisme berasal dari kata dasar "anarki" dengan imbuhan -isme. Kata anarki merupakan kata serapan dari anarchy (bahasa Inggris) atau anarchie (Belanda/Jerman/Prancis), yang berakar dari kata bahasa Yunani, anarchos/anarchein. Ini merupakan kata bentukan a- (tidak/tanpa/nihil/negasi) yang disisipi /n/ dengan archos/archein (pemerintah/kekuasaan atau pihak yang menerapkan kontrol dan otoritas - secara koersif, represif, termasuk perbudakan dan tirani); maka, anarchos/anarchein berarti "tanpa pemerintahan" atau "pengelolaan dan koordinasi tanpa hubungan memerintah dan diperintah, menguasai dan dikuasai, mengepalai dan dikepalai, mengendalikan dan dikendalikan, dan lain sebagainya". Bentuk kata "anarkis" berarti orang yang mempercayai dan menganut anarki, sedangkan akhiran -isme sendiri berarti paham/ajaran/ideologi.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Anarkisme, di akses tanggal 9 Maret 2011)
    "Anarkisme adalah sebuah sistem sosialis tanpa pemerintahan. Ia dimulai di antara manusia, dan akan mempertahankan vitalitas dan kreativitasnya selama merupakan pergerakan dari manusia" (Peter Kropotkin)   
    "Penghapusan eksploitasi dan penindasan manusia hanya bisa dilakukan lewat penghapusan dari kapitalisme yang rakus dan pemerintahan yang menindas” (Errico Malatesta)
   
Ideologi Anarkisme

Anarchy, pertamakali dipublikasikan di Italia tahun 1891. Anarkisme merupakan satu-satunya arus intelektual yang berbobot pada saat ini, yang merukan sebuah filsafat yang menyokong pemusnahan memonopoli ekonomi, institusipolitik dan sosial. Untuk menggan tikan struktur ekonomi kapitalis yang ada pada saat ini, masyarakat anarkis akan mendirikan asosial yang bebas berdasarkan ko-operasi atara semua pihak yang produktif. Tujuan asosial tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan semua anggota masyarakat. Dalam susunan masyarakat seperti itu, tidak ada lagi pemberian hak- hak istimewa kepada minoritasgolongan masyarakat yang diuntungkan (baca: Kaum privileged).
Untuk menggantikan organisasi negara, masyarakat anarkis akan membentuk sebuah federasi yang beranggotakan komunita-komunita bebas yang akan berasosiasi antara satu sama sama untuk kepentingan bersama dalam masalah ekonomi dan sosial. Asosiasi antara komunita-komunita tersebut akan didasari oleh perjanjian dan kontrak yang bebas. Secara mendalam perkembangan ekonomi dan sosial dalam sistem yang ada sekarang dapat melihat dengan jelas bahwa obyektif-obyektif yang dikemukakan oleh Anarkisme bukanlah ide utopia yang disampaikan oleh pemikir-pemikir yang imaginatif, tetapi merupakan kesimpulan logika dari penelitian mengenai kebobrokan sistem sosial yang ada pada saat ini. Pada setiap tahap perkembangannya, bukti-bukti kebobrokan sistem sosial tersebut semakin jelas. Kapitalisme monopoli modern dengan negara totqaliter merupakan tahapmterakhir dalam perkembangamn sistem sosial teresebut.
Perkembangan sistem ekonomi yang ada pada saat ini sangat tidak sehat, karena kekayaan dikumpulkan oleh segelintir orang sementara mayoritas masyarakat bertambah menderita. Sistem tersebut mengorbankan kepentingan masyarakat umum untuk kepentingan pribadi segelintir anggota masyarakat dan secara sistematis meremehkan hubungan antara sesama manusia. Manusia lupa bahwa industri bukan tujuan hidup, tetapi adalah cara untuk memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan intelektual mereka . Dimana industeri dianggap sebagai segala-galanya dan kesejahteraan (mayoritas) manusia diremehkan, kita akan mengalami despotisme ekonomi yang mempunyai konsekuensi tidak kalah buruknya dengan despotisme politik. Kedua-duanya (despotisme ekonomi dan politik) saling menbesarkan antara satu sama lain dan kedua-duanya dihidupi oleh sumber yang sama. Despotisme ekonomi dalam bentuk monopoli dan despotisme dalam bentuk negara totaliter adalah konsekwensi daripada tujuan politik yang sama. Direktur yang menangani kedua-dua jenis despotisme tersebut mempunyai kecenderungan untuk mereduksi keanekaragaman bentuk ekspresi kehidupan sosial menjadi mesin yang bisa diatur temponya, dan menyetel segalanya yang organik (alami) menjadi mesin-mesin tak bernyawa yang berfungsi sebagai alat politik
Sistem sosial kita telah memecah belah organisme sosial di setiap negara menjadi berbagai golongan yang saling mengancam, dan di luar (sebuah) negara, telah memecah belah umat manusia menjadai banyak negara yang saling mengancam antara satu sama lain. Timbulnya negara-negara di dalam dunia dan golongan-golongan masyarakat di dalam sebuah negara memicu konfrontasi dan permusuhan, yang mengakibatkan keresahan abadi dalam kehidupan sosial. Perang dunia pertama adalah akibat daripada perjuangan untuk kekuasaan politik dan ekonomi yang merupakan konsekwensi kondisi yang penuh dengan ketegangan, dan yang mungkin akan menuju kepada malapetaka universil, kecuali perkembangan sosial mengambil jalan yang lain secepat-cepatnya. Kebanyakan negara harus menyediakan antara lima puluh sampai tujuh puluh persen daripada pendapatannya untuk pertahanan negara dan ini masih harus ditambah dengan likuidasi utang-utang perang yang lama; perlindungan yang diberikan negara kepada warga negaranya memang harus dibeli dengan harga yang mahal, terlalu mahal.
Kekuasaan birokrat yang semakin berkembang dalam menjaga dan mengamankan kehidupan seseorang dari bayi sampai ajal, merupakan halangan yang semakin besar bagi ko-operasi antar manusia dan menghancurkan setiap kemungkinan untuk perkembangan (sistem) yang baru. Sebuah sistem yang dalam setiap tindakannya mengorbankan kesejahteraan sebagian besar masyarakat demia memenuhi kerakusan untuk kekuasaan dan kekayaan kaun minoritas, sudah pasti akan memusnahkan semua hubungan social, yang kemudian menuju kepada perang (yang abadi) antara sesama manusia. Dari sistem in jug timbul reaksi social dalam bentuk fasisme, sosial faham yang mempunyai obsaesi untuk kekuasaan, melebihi monarki absolut berabad-abad yang lalu, dan yang ingin menggunakan institusi negara untuk mengontrol setiap aspek kehidupan manusia. Sama seperti berbagai macam sistem teologi agama, Tuhan adalah segalanya seaman manusian tidak ada apa-apanya, untuk teologi politik modern ini, negara adalah segalanya dan manusia tidak ada apa-apanya. Dan juga seperti “keinginan tuhan”, selalu ada keiginan kaum minoritas yang terselubung dibalik “keinginan negara”, yang dipaksakan kepada mayoritas masyarakat.
(http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/2085843-ideologi-anarkisme, di akses 9 Maret 2011)
Teori Politik
Anarkisme adalah teori politik yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat tanpa hirarkis (baik dalam politik, ekonomi, maupun sosial). Para Anarkis berusaha mempertahankan bahwa anarki, ketiadaan aturan-aturan, adalah sebuah format yang dapat diterapkan dalam sistem sosial dan dapat menciptakan kebebasan individu dan kebersamaan sosial. Anarkis melihat bahwa tujuan akhir dari kebebasan dan kebersamaan sebagai sebuah kerjasama yang saling membangun antara satu dengan yang lainnya. Atau, dalam tulisan Bakunin yang terkenal:
    "kebebasan tanpa sosialisme adalah ketidakadilan, dan sosialisme tanpa kebebasan adalah perbudakan dan kebrutalan"   
(http://id.wikipedia.org/wiki/Anarkisme, di akses tanggal 9 Maret 2011)
Anarkisme dan kekerasan
Dalam sejarahnya, para anarkis dalam berbagai gerakannya kerap kali menggunakan kekerasan sebagai metode yang cukup ampuh dalam memperjuangkan ide-idenya, seperti para anarkis yang terlibat dalam kelompok Nihilis di Rusia era Tzar, Leon Czolgosz, grup N17 di Yunani. Slogan para anarkis Spanyol pengikutnya Durruti yang berbunyi:
    “Terkadang cinta hanya dapat berbicara melalui selongsong senapan”   
Yang sangat sarat akan penggunaan kekerasan dalam sebuah metode gerakan. Penggunaan kekerasan dalam anarkisme sangat berkaitan erat dengan metode propaganda by the deed, yaitu metode gerakan dengan menggunakan aksi langsung (perbuatan yang nyata) sebagai jalan yang ditempuh, yang berarti juga melegalkan pengrusakan, kekerasan, maupun penyerangan. Selama hal tersebut ditujukan untuk menyerang kapitalisme ataupun negara.
Namun demikian, tidak sedikit juga dari para anarkis yang tidak sepakat untuk menjadikan kekerasan sebagai suatu jalan yang harus ditempuh. Dalam bukunya What is Communist Anarchist, pemikir anarkis Alexander Berkman menulis:
    "Anarkisme bukan Bom, ketidakteraturan atau kekacauan. Bukan perampokan dan pembunuhan. Bukan pula sebuah perang di antara yang sedikit melawan semua. Bukan berarti kembali kekehidupan barbarisme atau kondisi yang liar dari manusia. Anarkisme adalah kebalikan dari itu semua. Anarkisme berarti bahwa anda harus bebas. Bahwa tidak ada seorangpun boleh memperbudak anda, menjadi majikan anda, merampok anda, ataupun memaksa anda. Itu berarti bahwa anda harus bebas untuk melakukan apa yang anda mau, memiliki kesempatan untuk memilih jenis kehidupan yang anda mau serta hidup di dalamnya tanpa ada yang mengganggu, memiliki persamaan hak, serta hidup dalam perdamaian dan harmoni seperti saudara. Berarti tidak boleh ada perang, kekerasan, monopoli, kemiskinan, penindasan, serta menikmati kesempatan hidup bersama-sama dalam kesetaraan."  (Alexander Berkman, What is Communist Anarchist 1870-1936)    
Dari berbagai selisih paham antar anarkis dalam mendefinisikan suatu ide kekerasan sebagai sebuah metode, kekerasan tetaplah bukan merupakan suatu ide eksklusif milik anarkisme, sehingga anarkisme tidak bisa dikonotasikan sebagai kekerasan, seperti makna tentang anarkisme yang banyak dikutip oleh berbagai media di Indonesia yang berarti sebagai sebuah aksi kekerasan. Karena bagaimanapun kekerasan merupakan suatu pola tingkah laku alamiah manusia yang bisa dilakukan oleh siapa saja dari kalangan apapun.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Anarkisme, di akses tanggal 9 Maret 2011)